IMAN DAN TAQWA
Sunardin, S.Pd.I.M.Pd.I
UNIVERSITAS NEGERI VETEROSEN PAIAN JAKARTA
Email : bima.sunardin@yahoo.com
PENDAHULUAN
Persoalan iman dan takwa
merupakan suatu persoalan yang unik dan menarik sepanjang masa. Iman dan Takwa
menjadi modal utama bagi setiap muslim dan merupakan bekal yang paling baik
untuk menjamin kebahagiaan dan keselamatan manusia, baik dalam menghadapi
urusan dunia maupun akhirat. Takwa meliputi segala gerak manusia, baik gerak
hati, gerak fikiran maupun gerak anggota badan. Takwa mengatur efisiensi umur,
energi dan segala amal manusia. Ia wajib diterapkan dalam segala segi dan aspek
kehidupan, baik secara individual maupun secara sosial[1]. Selain itu, di dalam
al-Qur’an juga dijelaskan bahwa takwa merupakan tolok ukur kedekatan seorang
hamba dengan Tuhan-Nya[2].
Sebagai
orang yang beragama islam, kita sering mendengar kata Taqwa dalam kehidupan
sehari-hari. Taqwa merupakan salah satu bukti kecintaan kita kepada Allah SWT,
Orang yang bertaqwa bisa kita lihat dengan apa yang dia lakukan sehari-hari,
yakni selalu melakukan apa yang telah diperintahkan Allah untuk
dikerjakan dan menjauhi segala yang dilarang Allah itu adalah bukti
kecintaan kepada Allah SWT.
Kandungan makna taqwa berkonotasi
akan terealisasikannya semua syariat Islam dalam kehidupan seorang muslim. Ia
merefleksikan sinegritas antara rasa takut, kepatuhan dan kecintaan seorang
hamba kepada Tuhannya, yang membuahkan sebuah ketauhidan yang mutlak. Taqwa juga menjangkau aspek yang sangat luas
meliputi Iman, Islam dan Ihsan yang berulang kali disebutkan dalam al-Qur’an
dengan beragam derivasi. Oleh sebab itu, pemahaman yang mendalam terhadap
terma taqwa menjadi sangat urgen mengingat bahwa ia
hadir sebagai tema global yang telah mengundang banyak penafsiran.[3]
Takwa
merupakan kualitas jiwa yang Allah gunakan untuk membedakan kemuliaan yang akan
diberikan kepada makhluk-Nya. Dengan ketakwaan, seorang hamba dapat selamat di
dunia maupun di akhirat karena takwa merupakan bekal terbaik bagi seorang
muslim dalam mengarungi kehidupan untuk menuju perjalanan ke akhirat.
Iman
dan takwa adalah sebuah konsep yang paling penting untuk diketahui dan
diterapkan dalam kehidupan. Begitupun dalam hal mempelajarinya juga merupakan
hal yang sangat penting, mulai dari usia paling dini sampai usia paling tinggi
(long life education), atau dalam konsep Islam dari buaian sampai ke
liang lahat.
Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang
yang menghambakan dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan
dengannya setiap saat sehingga kita dapat
menghindari dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Memelihara
hubungan dengan Allah dimulai dengan
melaksanakan ibadah secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti mendirikan shalat dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna dalam kehidupan kita, melaksanakan puasa dengan
ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan
pengendalian diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan kita dari ketamakan. Dan
hati yang dapat mendatangkan sikap
persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah
tersebut ditetapkannya bukan untuk
kepentingan Allah sendiri melainkan merupakan untuk keselamatan manusia.
Penanaman
konsep takwa terintegrasi dalam keteladan guru, dosen di lingkungan
sekolah/Kampus dan kedalam mata pelajaran tertentu khususnya mata pelajaran
agama Islam. Dengan penanaman konsep takwa yang sudah diajarkan disekolah maka
diharapkan siswa memiliki pemahaman tentang takwa, dengan pemahaman takwa yang
benar siswa diharapkan menjadi manusia yang memiliki rasa takut kepada Allah,
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tindakan-tindakan yang akan
diperbuatnya dan memiliki kekokohan akhlak yang baik
Namun,
seiring dengan berkembangnya zaman, jika melihat realitas sekarang moral anak
bangsa sudah mulai memudar. Salah satu contoh yang peneliti temukan dalam surat
kabar online bahwa anak SD kelas VI di kabupaten Bone Sulawesi Selatan, mereka
meracik miras oplosan dan menyuguhkan kepada adik kelasnya.[4].
Selain permasalahan tersebut penggunaan narkoba dan
obat-obatan terlarang juga merasuki kalangan anak SD, peneliti menemukan data
dari BNN yaitu sebanyak 4,48% anak SD telah menggunakan narkoba. Survey
tersebut dilakukan oleh BNN Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan tindak
pidana narkoba Maret 2011.5[5].
a. Pengertian Iman dan Taqwa Serta
Proses Lahirnya
Secara etimologi kata ini
merupakan bentuk masdar dari kata ittaqa–yattaqi ( اتَّقَى- يَتَّقِىْ ), yang
berarti ‘menjaga diri dari segala yang membahayakan atau membawa mudharat (kebinasaan).
Sejumlah pakar bahasa berpendapat bahwa kata ini lebih tepat diterjemahkan
dengan “berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu”. Kata takwa dengan
pengertian ini dipergunakan di dalam Al-Qur’an, misalnya pada Q.S. al-Mu’min,
40: 45. Kata ini berasal dari kata waqa–yaqi–wiqayah ( وَقَى- يَقِى- وِقَايَة ), yang
berarti ‘menjaga diri’, ‘menghindari’, dan ‘menjauhi’, yaitu menjaga sesuatu
dari segala yang dapat menyakiti dan mencelakakan[6].
Di dalam
Al-Qur’an kata ini disebut 258 kali dalam berbagai bentuk dan dalam konteks
yang bermacam-macam. Kata itu yang dinyatakan dalam bentuk kata kerja
lampau ditemukan sebanyak 27 kali, yaitu dengan bentuk ittaqa
( اِتَّقَى ) sebanyak 7 kali, antara lain di dalam
surat al-Baqarah, 2: 189; dalam bentuk ittaqaw
( اِتَّقَوْا ) sebanyak 19 kali, seperti di dalam
surat al-Ma’idah, 5: 93; dan dalam bentuk ittaqaytunna
( اِتَّقَـيْتُنَّ ) hanya satu kali, ditemukan di dalam
surat al-Ahzab, 33: 32. Dari 86 ayat yang menyatakan perintah
bertakwa pada umumnya (sebanyak 82 kali) obyeknya adalah Allah, dan hanya 4
kali yang obyeknya bukan Allah melainkan neraka, hari kemudian dan
siksaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat yang berbicara
mengenai takwa di dalam Al-Quran pada dasarnya yang dimaksudkan adalah
ketakwaan kepada Allah SWT.
Menurut prof. Dr.
M. Quraish Shihab, MA. Kata Taqwa dalam berbagai bentuk dan
konteksnya didalam Al-Qur’an terdapat 258 ayat yang menjelaskan tentang
Taqwa. Takwa artinya menghindar. Orang bertakwa adalah
orang yang menghindar. Yang dimaksud oleh ayat ini mencakup tiga tingkat
penghindaran. Pertama, menghindar
dari kekufuran dengan jalan beriman kepada Allah. Kedua, berupaya melaksanakan
perintah Allah sepanjang kemampuan yang dimiliki dan menjauhi larangan-Nya.
Ketiga, dan yang tertinggi, adalah menghindar dari segala aktivitas yang
menjauhkan pikiran dari Allah swt.
Namun Fazlur
Rahman lebih cenderung memilih makna takwa yang kedua yaitu berjaga-jaga dan
melindungi diri dari sesuatu. Dari arti tersebut dapat dipahami bahwa takwa
merupakan tindakan perlindungan diri dari segala perbuatan buruk dan jahat
dengan berpegang pada keseimbangan dan kekokohan moral dalam batas-batas yang
telah Allah tetapkan. Sehingga kebanyakan kegiatan ritual didalam Al-Qur’an
selalu terkait dengan upaya meraih gelar takwa[7].
Kata takwa berasal dari
bahasa Arab taqwa ( تَقْـوَى ). Secara
Menurut Abu
Tauhied ciri-ciri kepribadian Islami secara umum antara lain, beriman dan
bertakwa, giat dan gemar beribadah, berakhlak mulia, sehat jasmani rohani dan
aqli, giat menuntut ilmu dan bercita-cita bahagia dunia dan akhirat.3 Hal ini
selaras dengan UU Sisdiknas No.20 Tahun 20 Tahun 2003 pasal ketiga tentang
dasar, fungsi dan tujuan pendidikan Nasional[8].
Hal ini
selaras dengan UU Sisdiknas No.20 Tahun 20 Tahun 2003 pasal ketiga tentang
dasar, fungsi dan tujuan pendidikan Nasional. Dengan tujuan dari pendidikan
Nasional tersebut beberapa sekolah di Indonesia mempunyai tujuan yang sama
yaitu mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang bertakwa dan berakhlak
mulia, sehingga konsep takwa telah ditanamkan di sekolah di Indonesia khususnya
sekolah-sekolah Islam. Taqwa menjadi ciri dan karakterisitik orang beriman
dalam menjalankan segala perintah Allah dan menajuhi segala apa apayang di
larang Allah SWT[9].
Sedangkan menurut pendapat lain ayat dalam al-qur’an yang
menjelaskan taqwa ada 216 ayat bahkan 224 ayat.
Namun, Didalam beberapa ayat dalam Al-qur’an tentang Taqwa
hanya mengandung tiga pengertian, Yaitu;
1) At-Taqwa berarti takut:
“...dan hanya kepada Akulah (Allah) kamu harus
bertaqwa”.{QS.AL-baqarah:41}
“dan
peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu
semua dikembalikan kepada Allah”. {QS.AL-baqarah:281}
2) At-Taqwa berarti patuh dan
tunduk:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya”; ”.{QS.Ali Imran:102}.
Ibnu abbas berkata, “Taatlah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar
taat.”
Mujahid mengatakan,”Wajib bagi kita taat kepada Allah. Tidak
membantah, senantiasa mengingat-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan tidak kufur.”
3) At-Taqwa berarti membersihkan
diri dari segala dosa. Dan inilah hakikat taqwa, sebagaimana firman Allah:
“dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan
takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang
yang mendapat kemenangan/beruntung”.{QS.An-Nur:52}.
Jadi, Taqwa selain mengandung
arti taat dan takut, juga berarti membersihkan diri dari perbuatan maksiat.
Yang dimaksud dengan takut
kepada Allah ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah
dikerjakannya, dan yang dimaksud dengan taqwa ialah memelihara diri dari segala
macam dosa-dosa yang mungkin terjadi.
Taqwa menurut bahasa adalah takut, sedangkan menurut istilah
menjalani apa yang telah disyariatkan-Nya serta menjauhi segala apa yang
dilarang-Nya. Allah memerintahkan orang muslim untuk bertaqwa sebelum
memerintahkan hal-hal lain, agar taqwa itu menjadi pendorong bagi mereka untuk
melaksanakan perintah–perintah-Nya[10], sebagaimana
firman-Nya dalam QS. al-Ma’idah (5) : 35:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٣٥
“Hai orang-orang
yang beriman bertaqwalah Kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan[11].
Dari itu di sinilah Allah menyuruh kaum
mu’minin supaya bertaqwa kepada-Nya dan mencari jalan yang dapat mendekatkan
diri kepada-Nya dengan melakukan amal soleh dan jangan sampai terpedaya dengan
agama mereka, seperti yang dialami orang-orang ahli Kitab.
Hal itu kemudian ditegaskan lagi oleh
Allah, dengan menerangkan, bahwa kemenangan dan kebahagiaan hanyalah bias
diperoleh dua perkara tersebut. Oleh karenanya, barangsiapa tidak melakukannya,
maka dia akan menemui berbagai macam penderitaan, kelak dihari kiamat yang
sulit dilukiskan. Ayat ini menyentuh jiwa manusia dengan mengajaknya
mendekatkan diri kepada Allah. Ajakan tersebut ditujukan kepada orang-orang
yang walau mempunyai secercah iman, sebagaimana dipahami dari penggilan Wahai
orang-orang yang beriman, walau hanya sekelumit iman bertakwalah kepada
Allah dan hindari siksaan- Nya baik duniawi maupun
ukhrawi dan bersungguh-sungguhlah mencari jalan dan cara yang dibenarkan-Nya
yang mendekatkan diri kamu kepada-ridha-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, yakni kerahkanlah semua kemampuan kamu lahir dan batin untuk
menegakkan nilai-nilai ajaran-Nya, termasuk berjihad melawan hawa nafsu kamu supaya
kamu mendapatkan keberuntungan, yakni memperoleh apa yang kamu harapkan
baik keberuntungan duniawi atau ukhrawi.
Sesungguhnya
seluruh kebaikan merupakan buah dari ketaatan kepada Allah. Taat kepada
Allah swt akan mengumpulkan kebaikan. Allah menyerukan ketaatan dalam beberapa
ayat al-Qur’an. Para Rasul diutus dengan membawa missi ketaatan kepada Allah,
agar manusia keluar dari kegelapan hati, menuju pada kema’rifan yang suci. Dan
agar manusia dapat bersenang-senang di dalam surga kenikmatan yang abadi yang
disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. Tingginya kenikmatan surga
belum pernah terlihat oleh penglihatan mata, tidak pula terdengar oleh telinga,
dan bahkan belum terlintas pula dalam hati manusia.
Sesungguhnya
manusia diciptakan tidak untuk kesia-siaan dan tidak pula hanya sekedar
main-main belaka. Tetapi untuk diberikan balasan sesuai dengan amal ibadahnya,
bagi mereka yang berbuat jahat akan dibalas dengan kejahatannya, dan bagi orang
yang berbuat kebajikan akan dibalas dengan kebajikannya yang lebih baik. Allah,
Dialah Tuhan Yang Maha Kaya, yang tidak butuh pada ketaatan manusia dan tidak
pula membahayakan-Nya, kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka lakukan, serta tidak
mengurangi kesempurnaan-Nya sedikitpun.
Jika mereka
menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih
kepada-Nya dimalam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu. Barangsiapa
yang beramal soleh maka ia akan berguna bagi dirinya sendiri, dan dan barangsiapa berbuat jahat maka ia akan membahayakan
dirinya sendiri[12].
b. Ruang Lingkup Rukun Iman
c. Faktor yang Meninngkatkan Iman dan Merusak Iman Serta Dampaknya Terhadap Jiwa, Akal, dan Akhlak
d. Cara Mmemperbaiki Krisis Iman
e. Iman dan Taqwa Bagi Seorang Muslim
f. Iman dan Taqwa Melahirkan Sikap Tawakkal Sebagai Implementasi Judgement
and decision making.
Daftar Pustaka
Al-Banna, Hasan.( 2007). Tafsir Al-Banna. Surakarta:
Aulia Press Solo.
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. (2012). Shahi Tafsir
Ibnu Kasir, Pengesahan Hadist Berdasarkan Kitab-kitab Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-Abani r.a. dan Ulama Ahli Hadits Lainnya disertai Pembahasan
yang Rinci dan Mudah Difahami. Jilid 7. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.
Abu Ahmadi, 2018. Psikologi Umum, PT, Jakarta, Rineka Cipta,.
Zakky Mubarok, 2018. Menjadi Cendekiawan
Muslim, Kuliah Islam Di Perguruan Tinggi, Jakarta. PT.
Yayaan Ukhuwah Insaniah,
M. Quraih Shihab. 1998. Wawasan Al-Qur’an,Tafsir Maudhu’I
Atas Berbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
Muhammaddin, 2013. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama, Jurnal. JIA/Juni /Th.XIV/Nomor 1/99-114.
Abdul Matin Bin Salman,2014. Agama dan Manusia, Al-A’raf Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat Diterbitkan
oleh Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah Filsafat IAIN Surakarta. Vol. XI,
No. 1, Januari – Juni 2014 ISSN: 1693-9867.
Dr. HM. Zainuddin, MA, Manusia Dalam
Perspektif Filsafat, 2013, https://uin-malang.ac.id. Di akses
tanggal 23 Juni 2020, Pukul, 10.30.
M. Quraih Shihab (1998). Wawasan
Al-Qur’an,Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan. Hal 367.
Rahmat Kamaruddin, Pengertian Agama, http://penaraka.blogspot.com/2012/04/.
Di akses tanggal 22 Juni 2020. Pukul
19.20.
Achmad Gholib. 2006. Study Islam, Pengantar Memahami Agama, Al-Qur’an al Hadits dan Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta, Faza Media.
Amri Marzali, Agama
dan Kebudayaan , UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology, Departemen Antropologi dan Sosiologi,
Universitas Malaya amarzali@yahoo.com . file:///C:/Users/user/Downloads/barutulisan%20upn%20silabus/9604-16880-1-SM.pdf.
Nurmadiah, 2019. PENDAIS Volume I Nomor 1, Manusia Dan Agama
(Konsep Manusia dan Agama dalam Al-quran)
(Dosen Fakultas Agama Islam UIT)Madiah712@gmail.com.
Koentjaraningrat, 1962, Pengantar
Antroologi, (yogyakata:),
Rahmat Kamaruddin, Pengertian Agama, http://penaraka.blogspot.com/2012/04/.
Di akses tanggal 22 Juni 2020. Pukul
20.00.
De Vos H. 1987. Pengantar Etika,
Diterjemahkan oleh Moortono.
Abdul Matin Bin Salman,2014. Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat Vol. XI, No. 1, Januari – Juni 2014 ISSN:
1693-9867 Al-A’raf Diterbitkan oleh Jurusan Tafsi Hadis dan Akidah
Filsafat IAIN Surakarta.
Al Qazwini, Moustafa, 2003. Panggilan
Islam. Jakarta: Pustaka Zahra,
Dr. Muniron dkk, 2010. Studi Islam
di Perguruan Tinggi (Jember, STAIN Jember Press,
Harun Nasution, 1985. Islam
Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, Jilid I
(Cet.V; Jakarta: Universitas Indonesia Press,
Ramayulis. 2007).
Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia...hal
Hashi, A. A. 2011. Islamic ethics: An outline of its principles and scope. Revelationand Science,
Amri Marzali, Agama
dan Kebudayaan , UMBARA : Indonesian Journal of Anthropology, Departemen Antropologi dan Sosiologi,
Universitas Malaya amarzali@yahoo.com file:///C:/Users/user/silabus/9604-16880-1-SM.pdf.
hal. 61
Nata, Abuddin, 2011. Metodologi Studi
Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada),
Arifin, HM, 1998. Menguak Misteri Ajaran Agama Agama Besar, ( Jakarta: Golden Trayon Press),
Syaiful Mikdar, http://fee88isa.blogspot.com/2015/03/hakikat-martabat-dan-tanggung-jawab.html
2Achmad
Chodjim, Kekuatan Takwa: Mati
Sebagai Muslim Hidup
Sebagai Pezikir (Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2014), hlm.7.
[3] Lailah Alfi, KONSEP TAQWA DALAM AL-QUR’AN, Dosen Universitas
Darussalam Gontor, http://afi.unida.gontor.ac.id/2019/02/09/konsep-taqwa-dalam-al-quran/
[4]
www.merdeka.com.di akses pada tanggal 17 Oktober 2015. pukul : 20.00
[5] 5
www.bnn.go.id. di akses pada tanggal 17 Oktober 2015. pukul : 20.00
[6]
Musdah Mulia, Menghayati
Kembali Makna Hakiki Taqwa. http://www.mujahidahmuslimah.com/.di
akses tanggal 3 Juli 2020. Pukul.12.40.
[7]
Rahman, Fazlur. 1999. Major Themes Of The Qur’an. Bibliatheca Islamica.
Minnieapolis. Hal.30
[8] Tauhied, Abu. 1990. Beberapa Aspek pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah
IAIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. hal. 26
[9] Syaikh
Muhammad Abdul Athi Buhairi, Tafsir Ayta-ayat Yaa Ayyuhal-ldzina Aamanu,
Terjemah Oleh H. Abdurrahman, & Hj. Umma Faridah, Pustaka Al Kautsar,
Jakarta. Hal 185.
[10] Yusuf al-Qarad}awi, Bagaimana..., h. 85-90.
[11]Departemen Agama, Al-Qur’an
dan Terjemahannya, (Jakarta: Tim
Pentashih al-Qur’an, 1997), h. 165.
[12] Moh. Arif, MEMBANGUN KEPRIBADIAN MUSLIM MELALUI TAKWA DAN
JIHAD, STAIN Tulung Agung moharif@g.mail.com, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Volume
7, Nomor 2, Desember 2013, HAL.346-347.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar