ANALISIS KRITIS/ TENTANG
PENERAPAN
INOVASI PEMBELAJARAN ICT
Sunardin, M.Pd.I/FAI UNIAT JAKARTA
PEMBELAJARAN
ICT
Inovasi Pembelajaran
Ketika mendengar kata inovasi, yang muncul di benak
kita barangkali sesuatu yang baru, unik dan menarik. Kebaruan, keunikan dan
yang menarik itu pada akhirnya membawa kemanfaatan. Pendapat tersebut nampaknya
tidak salah, dalam arti manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis dan tak
puas dengan apa yang sudah ada akan selalu mencoba, menggali dan menciptakan
sesuatu yang ‘ baru ‘ atau ‘ lain ‘ dari biasanya, Begitu pula masalah inovasi
yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Di mana proses pembelajaran
melibatkan manusia (baca:siswa dan guru) yang memiliki karakteristik khas yaitu
keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi
sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda
dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan,
metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). (Hendro Darmawan dkk. 2010) memberikan
pengertian inovasi adalah Pembaharuan (bidang masyarakatan sains/iptek)[1].
Sedangkan (Daryanto 1997) memberikan pengertian inovasi adalah penemuan suatu
yang baru (dan berbeda dengan sesuatu yang ada sebelunya) pembaharuan[2]. Kata inovasi
berasal dari kata ”innovation” dalam bahasa Inggrisberarti segala hal yang baru
atau pembaruan (S. Wojowasito, 1972).[3]
Inovasi kadang dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu
hasil penemuan. Jadi, inovasi adalah suatu ide,
hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu
yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).[4]
Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu identik
dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan maupun metode. Dengan
berpijak pada pengertian tersebut, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai
sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai
metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Hasbullah (2001) berpendapat bahwa ‘baru’ dalam inovasi itu
merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima
inovasi.
Sudah cukup banyak
penelitian yang menunjukkan, sebuah organisasi mampu bertahan bahkan menikmati
profitabilitas yang tinggi lenggeng karena keinovasianya. keinovasian
organisasi, tidak bisa lepas dari keinovasian individu di dalamya. karena itu
menurut saya, untuk menjalankan inovasi di institusi pendidikan, para
pendidikan juga harus inovatif, termasuk dalam hal metode mengajar. pendidikan
juga harus inovatif, termasuk metode dalam hal mengajar. pendidikan harus mau
langkah keluar dari zona kenyamana yang mereka miliki. seorang pendikan yang
inovasi, tahu bahwa ia harus melewati jalur-jalur yang tidak bisa, inkovensional,
berulang melakukan percobaan, tapi
sekaligus harus cukup sabar jika memang ia harus menanti hasil dari upayanya.
Hanya orang yang punya passion, hasrat dan keinginan yang kuat yang bisa
membuat upaya inovasi berhasil.[5]
Pada tahap sekarang ini
Indonesia telah memasuki tahap pembangunan dalam dunia pendidikan walaupun
tampaknya dunia pendidikan di Indonesia masih sangat memperihatinkan. Namun di
balik itu dunia pendidikan di Indonesia mengalami sedikit peningkatan bila kita
bandingkan dengan dunia pendidikan yang ada di Indonesia sebelumnya. Dengan
metode-metode baru juga pemanfaatan fasilitas ICT sebagai pembelajaran berbagai
sekolah, sistem pendidikan Indonesia pun berkembang.
Pembelajaran berbasis ICT
Pepatah mengatakan bahwa sesuatu yang abadi
adalah perubahan, tiada sesuatu yang statis di dunia ini, demikan pula halnya
dengan proses belajar mengajar dan kurikulum[6].
juga Perubahan tentang selera masyarakat
terhadap pendidikan juga mengalami perubahan, jika sebelumnya masyarakat hanya
dituntut untuk menghasilkan lulusan yang lebih menguasai ilmu ilmu agama
dibandingkan dengan ilmu umum, sekarang para orang tua siswa menginginkan
madrasa mampu menghasilkan lulusan yang menguasai baik agama (iman dan taqwa)
maupun ilmu umum (ilmu pengetahuan dan teknologi), bahkan para orang tua
menginginkan anaknya menjadi dokter yang ulama atau ulama yang dokter.[7]
Pembelajaran berbasis ICT adalah pembelajaran yang berasaskan konsep
pembelajaran computer dan multimedia. Pendidikan bebasis ICT (Information
Communication Technology) saat ini sudah berkembang pesat di berbagai
daerah. Kebutuhan akan berbagai media interaktf semakin dirasakan, mengingat
kondisi perkembangan teknologi informasi (TI) semakin berkembang pesat. Dalam
dunia pendidikan misalnya, siswa mulai pra-sekolah, SD, SMP, SMA dan SMK
dituntut mengenal TI sejak dini.
Untuk mewujudkan sekolah dengan berbasis ICT tentunya diperlukan sarana
prasarana yang menunjang. Tanpa sarana dan prasarana yang baik maka
pembelajaran tidak akan sulit berjalan dengan sempurna. Sarana prasarana
sekolah berbasis ICT adalah seperti Lab bahasa yang lengkap, komputer, LCD, dan
koneksi internet. Untuk menunjang masuknya TI di sekolah, pemerintah secara
bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardware komputer
sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (Bantuan
Operasional Manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli
software komputer untuk menunjang pembelajaran TI dan penguasaan materi
pelajaran umum dengan bantuan TI.
Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT
sebagai alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum
lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar,
menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang
diharapkan.
Selain sebagai sarana untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat
mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah
saatnya guru sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media
berbasis ICT, tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi
redaksinya hanya itu-itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala.
Diakui atau tidak, sekarang
ini tidak sedikit guru dalam pembelajaran di kelas masih monoton (ceramah).
Termasuk di dalamnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru
mengajarkan di depan kelas, sedangkan peserta didik senang atau tidak harus mau
mendengarkannya. Akibatnya, peserta didik bosan dengan mata pelajaran yang
diajarkan. Indikasinya, peserta didik mengantuk, berbicara dengan teman, sering
izin keluar, menulis atau menggambar dan aktivitas lainnya yang tidak ada
hubungan dengan mata pelajaran tersebut.
Padahal, mata pelajaran PAI
di sekolah menempati posisi yang sangat strategis dalam memberikan dasar
keimanan dan ketakwaan peserta didik hingga di masa depan, kelak. Undang-Undang
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan, PAI menjadi
salah satu mata pelajaran yang harus ada mulai dari jenjang dasar sampai
Pendidikan Tinggi.
Melihat begitu pentingnya
mata pelajaran PAI di sekolah, jangan sampai hanya formalitas telah
dilaksanakan. Namun, juga harus mempunyai makna bagi peserta didik. Untuk itu,
perlu ada inovasi pembelajaran. Salah satu bentuknya adalah pembelajaran PAI
berbasis Information and Communication Technology (ICT) atau sering
disebut: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pemanfaatan ICT
Sebenarnya banyak guru PAI
sudah menguasai ICT, tetapi masih sekadar dimanfaatkan untuk mengetik. Padahal
manfaat ICT dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu. Bentuk
pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI adalah pertama: penggunaan
program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI di kelas. Melalui
proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang akan
disampaikan. Agar lebih menarik, guru bisa juga menggunakan program macromedia
flash.
Tidak hanya tulisan yang
dapat disampaikan ke peserta didik, tetapi juga dapat menampilkan suara atau
video yang berkaitan dengan materi tersebut. Misalnya, dalam materi
pembelajaran tentang Iman Kepada Hari Akhir. Melalui program ini, peserta didik
tidak hanya mendapatkan pengetahuan materi tersebut, tetapi juga dapat
ditampilkan ilustrasi tentang kiamat sughra dan kubra. Pengalaman
penulis, melaui pembelajaran seperti itu, ternyata peserta didik lebih mudah
memahami dan tertarik.
Kedua, menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas
dari peserta didik. Sekarang ini yang biasa dilakukan guru kepada peserta didik
dalam mengumpulkan tugas melalui buku atau kertas. Bisa dibayangkan bagaimana
kalau guru mengajar di 18 kelas. Masing-masing kelas berjumlah 40 siswa.
Berarti ada 720 buku tugas atau makalah yang menumpuk di bawah atau atas meja
guru.
Pengumpulan tugas melalui e-mail
justru sekaligus mendidik peserta didik untuk mengurangi global warming.
Kita tahu bahwa bahan baku kertas berasal dari kayu. Artinya semakin banyak
peserta didik menggunakan kertas, maka bertambah banyak penebangan kayu untuk
bahan baku kertas. Tidak salah kalau sekarang hutan di Indonesia semakin
berkurang. Karenanya, peserta didik perlu dilatih untuk mencegah global
warming sekaligus menyelamatkan dunia dengan cara meminimalisasi penggunaan
kertas.
Ketiga, menggunakan mailing list untuk diskusi kelas
yang diajarkan. Melalui mailing list guru dapat membuat grup atau
kelompok sendiri, bisa berupa satu kelas atau satu sekolah untuk berkomunikasi.
Di sini guru PAI menginformasikan materi pembelajaran yang akan disampaikan
pada pertemuan ke depan via mailing list. Sedangkan seluruh anggota grup
akan mengetahuinya dalam waktu bersamaan. Saat itu juga peserta didik dapat
men-download materi tersebut dari rumah atau di mana pun tempatnya
asalkan ada jaringan internet.
Selain itu, melalui mailing
list guru dapat membuka ruang diskusi dengan peserta didik. Selama ini
kesempatan bertanya peserta didik masih terbatas di ruang kelas. Melalui
program tersebut, guru dapat membantu masalah yang dihadapi peserta didik kapan
pun dan di mana pun mereka berada.
Keempat, menggunakan web blog untuk pembelajaran di
dalam atau di luar kelas. Ketika disebut web blog, banyak guru
bertanya-tanya: mahalkah biayanya? Memang, untuk website yang komersial,
pengguna (user) harus membayar sesuai tarif. Tetapi untuk web blog,
pengguna tidak harus membayar alias gratis. Dibanding fasilitas ICT, web
blog lebih sempurna. Di antara kelebihannya, guru dapat menampilkan semua
karya atau hasil pemikiran yang dimiliki.
Web blog dapat digambarkan seperti surat kabar pribadi guru.
Surat kabar tersebut mau diisi apa tergantung pada guru. Hubungannya dengan
pembelajaran, guru dapat mengunggah (upload) semua materi pembelajaran
PAI ke website. Melalui media ini peserta didik dapat belajar tanpa
dibatasi ruang kelas. Tidak hanya materi pembelajaran, tetapi juga latihan
soal, hasil ujian/ulangan atau materi lain yang berhubungan dengan materi PAI.
Khusus hasil ujian, selama
ini peserta didik atau orang tua hanya mengetahui hasil ujian miliknya sendiri,
sedangkan hasil ujian temannya belum tentu tahu. Melalui web blog,
peserta didik dapat melihat hasil ujian secara keseluruhan. Sehingga, apabila
ada kekeliruan, peserta didik atau orang tua dapat konfirmasi pada guru tentang
mata pelajaran tersebut.
Dari keempat penggunaan ICT
dalam pembelajaran, apabila dilakukan oleh guru PAI, maka akan berdampak
positif pada ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran PAI di sekolah.
Sehingga peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PAI tidak terpaksa,
melainkan kesadaran diri sendiri. Pengalaman penulis dalam memanfaatkan ICT
dalam pembelajaran PAI, peserta didik selalu menunggu hal yang baru. Suatu
saat, penulis sengaja tidak menggunaan ICT, peserta didik banyak yang bertanya
dan lebih senang menggunakan ICT.
Selain itu, apabila dalam
pembelajaran PAI di kelas, guru menggunakan ICT, hal ini akan menyebarkan
"virus positif" pada guru mata pelajaran lain sehingga mereka
melakukan hal yang sama. Guru PAI saja --yang sering kali dianggap ketinggalan
dibanding guru mata pelajaran lain-- dalam pembelajaran di kelas menggunakan
ICT. Mengapa mata pelajaran yang lain tidak memanfaatkannya juga? Last but
not least. (Tidak ada kata terlambat) untuk melakukan perubahan dalam pembelajaran.
DaftarPustaka
Hendro
dkk. 2010. Kamus Ilmiah Populer lengkap.
Yogyakarta.Bintang cemerlang.
Daryanto,
S.S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.
Surabaya.
Sa’ud,
Syaefudin Udin, 2010, Inovasi Pendidikan,
Bandung: Alfabeta,
M. Taufik Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta.
Sutiah, Dkk. 2009. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Pernada Media
Group,
http://abuenadlir.blogspot.com/2012/03/pendidikan-agama-berbasis-ict.html.
[1]. Hendro dkk. Kamus Ilmiah Populer lengkap.
Yogyakarta.Bintang cemerlang.2010.hal 234.
[2]. Daryanto, S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.
Surabaya. 1997.hal 284.
[3]. Sa’ud, Syaefudin Udin, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
2010, halaman 2
[4]. Sa’ud, Syaefudin Udin, Inovasi
…, halaman 5
[5]
. M. Taufik Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based
Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan.
Jakarta. 2009. Hal Ix.
[6]
. Sutiah, Dkk. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Pernada Media Group, 2009. Hal.65
[7]
. Sutiah, Dkk. Manajemen Pendidikan ........................hal.68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar