SUNARDIN, M.Pd.I /FAI UNIAT JAKARTA
STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN
Strategi
Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor
Pendahuluan
Dunia
pendidikan mengalami perkembangan luarbiasa diawal milenium ketiga,
perekembangan fenomenal yang mengejutkan dunia itu ditandai dengan ditemukannya
cara belajar terbaik diabad ini, Temuan diperoleh melalui riset mendalam
tentang pembelajaran kemudian di tulis dalam bentuk buku Gordon dan Dr.Jeanete
Vos tahun 2000 (edisi terjemah) dengan melahirkan karya yang berjudul Revolusi
cara belajar.
Jika dicermati lebih
dalam, sebenarnya revolusi cara belajar yang diusung kedua penulis buku diatas
dan beberapa ahli pendidikan lainnya, bertumpu pada kecerdasan lain selain
kecerdasan intelektual yang selama ini diagungkan sebagai penentu keberhasilan.
Kini terbukti tidak sepenuhnya benar. Kecerdasan intelektual menjadi tidak
berarti sama sekali, jika tidak didukung oleh kecerdasan emosional yang
memadai. kecerdasan emosional itulah yang memungkinkan seseorang mampu
menikmati pembelajaran secara menyenangkan. Kesimpulan terakhir dari penelitian
itulah yang memungkinkan seseorang mampu menikmati pembelajaran secara
menyenangkan. Kesimpulan terakhir akhir dari penelitian itu ditulis dalam
sampul bukunya”Belajar efektif kalau anda dalam keadaan menyenangkan menyenangkan”
Pembelajaran yang
menyenangkan dapat diciptakan melalui penerapan berbagai strategi pembelajaran,
Peserta didik dapat menikmati pembelajaran menyenangkan, jika lingkungan
fisiknya kondusif untuk belajar, pembelajaran menyenangkan akan tercipta,
apabila suasananya betul-betul dapat menikmati secara nyaman, mislanya dengan
iringan musik, peserta didik akan merasa senang jika interaksi dan komunikasi
dengan gurunya penuh keakraban, saling menghargai, dan penuh tawa.
Interkasi dan komunikasi
menyenangkan antara pendidik dan peserta didik merupakan faktor terpenting
dalam menerapkan strategi pembelajaran menyenangkan. Apapun usaha yang
dilakukan untuk menciptkan lngkungan fisik dan membangun suasana senyaman
mungkin, akan jadi sia-sia belaka, jika interaksi dan komunikasi antara guru
dan peserta didikn tidak menyenangkan. oleh karena itu, strategi pembelajaran
menyenangkan sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menciptkan interaksi
dan komunikasi yang bermutu.
Salah satu bentuk
interaksi dan komunikasi menyenangkan yang sedang berkembang dalam pembelajaran
saat ini adalah menggunakan sisipan humor, humor ternyata memberikan dampak
sangat baik terhadap peningkatan kualitas interaksi dan komunikasi bila
digunakan secara tepat, humor bahkan dapat membantu peserta didik dalam
meningkatkan daya ingat, mengurangi stres, dan mempermudah pemahaman dalam
bidang-bidang tertentu. Humor telah terbukti dalam beberapa penelitian
meningkatkan daya afirmatife peserta didik dalam pembelajaran.
Pengertian
Istilah humor sendiri merupakan kata-kata
yang memiliki banyak makna. Akar kata “umor” mengandung arti cairan (liquidor
fluid). Pada Abad Pertengahan, humor menunjuk kepada suatu energi yang berpikir
untuk berhubungan dengan suatu cairan tubuh dan keadaan emosional. Energi ini
telah dipercaya untuk menentukan kesehatan dan karakter.
Menurut Freud, tujuan dari lelucon atau
humor itu adalah untuk memberikan kesenangan, memunculkan hal yang sebelumnya
tersembunyi atau tidak diakui. Freud membagi dua jenis humor yaitu1) Humor
polos,Yakni berupa sekedar permainan kata. Dalam lelucon yangmenyenangkan,
terdapat rasa kepuasan, senyum samar dansuasana yang sesaat menjadi ringan. 2)
Humor tendensius, humor yang memiliki motif jahat.
Lelucon yang dilontarkan oleh orang
jahat yang memiliki motif menyerang, mengejek atau membela diri. Referensi
tentang manfaat humor terhadap kesehatan ditemukan pada abad 14, di mana
seorang ahli bedah perancis, Henri de Monville menuliskan bahwa seorang pasien
bedah harus mendapatkan kebahagiaan atau kegembiraan dalam hidupnya untuk
membentuk proses penyembuhan. Menurutnya kegembiraan tersebut dapat diperoleh
ketika pasien berkumpul bersama dengan keluarga dan teman-teman yang dapat menghiburnya
dengan lelucon-lelucon dan humor.
Persepsi humor melibatkan keseluruhan
otak dan mengintegrasikan serta menyeimbangkan aktivitas kita di dalam belahan
kedua-duanya (otak kiri dan otak kanan). Derks telah menunjukkan bahwa ada suatu
pola yang unik dari otak yang beraktivitas memancarkan gelombang persepsi
humor. EEG’stelah merekam subjek-subjek tertentu ketika subjek-subjek itu hadir
sebagai bahan- bahan yang lucu dan menggelikan. Selama pengaturan canda,
belahan otak bagian kiri memulai fungsi analitisnya terhadap proses pengaturan
kata-kata. Segera setelah itu, kebanyakan dari aktivitas otak bergerak ke
coping depanyang mana merupakan pusat emosionalitas (center ofemotionality).
Menurut Eysenck (1972), humor adalah
sesuatu yang dapat membuat tertawa. Searah dengan definisi Eysenck ini,
Munandar(1996) menyatakan bahwa humor dapat dirumuskan sebagai semacam
perangsangan (stimulus) yang memancing reflekstawa.
Humor menurut Razi dalam Mario adalah
kata-kata, perbuatan atau peristiwa yang bisa membuat syahwat tertawa kita bangkit.
Humor itu perlu bahkan penting untuk hidup. Begitupentingnya, humor bisa
disamakan dengan kebutuhan oksigen bagi paru-paru manusia. Humor yang baik
adalah humor yangbisa membuat kita tersenyum tanpa membuat orang lain
sakithati. Semakin tinggi selera dan sensitifitas humor kita, maka kitaakan
semakin diterima oleh lingkungan sekitar. Intinya, timingkapan kita tertawa dan
kapan kita tidak tertawa itu tak kalahpentingnya. Ini juga berkaitan dengan
level pendidikan dan wawasan kita. Satu hal lagi yang perlu dicatat, bahwa
seseorang pehumor tidak otomatis harus lucu seperti pelawak. Yang paling penting
adalah dia bisa mengapresiasi humor. Bisa tersenyum atau tertawa pada humor
yang baik, sehat dan bisa bersikap bijakdan berusaha menetralisir pada humor.
Perlu untuk diingat bahwa rangsangan
untuk tertawa haruslah bersifat mental, bukan karena digelitiki sampai
tertawatawa. Sering kali kita tertawa atau tergelitik oleh suatu kejadian, tulisan
atau perilaku dimana tidak semua orang tidak sama reaksinya. Pada saat kita
tertawa, sebagian dari surplus ketegangan yang kita rasakan dapat berkurang.
Comentar sara-saran
Menggunakan
sisipan humor dalam proses belajar mengajar dapat menggugah siswa secara
emosional yang memacu mereka untuk tertawa, ketika mereka tertawa itulah
tercipta suasana menyenangkan akan dapat meningkatkan pemahaman, mempertinggi
daya ingat dan memberi peluang kepada siswa untuk menfungsikan otak memori da
otak berpikir mereka secara optimal.
Sisipan humor yang menciptakan
kesenangan belajar penuh tawa akan meningkatkan keingintahuan siswa dan
mendorong mereka lebih kreatif. Loomas Kolberg (1993), menyatakan bahwa sifat
humoris guru dan kemampuan guru menggunakan berbagai sumber untuk menciptkan
suasana yang humoris akan membuat siswa lebih kreatif. lebih lanjut ia
menyatakan, bahwa jika kelas merupakan lingkungan yang hidup, kreatif dan penuh
tawa, maka murid dari segala usia memiliki saluran keluar ilmiah, dimaan rasa
keingintahuan meraka berkembang.
Penggunaan humor dalam pembelajaran
sudah banyak dibuktikan melalui berbagai penelitian para ahli, Humor memiliki
pengaruh yang snagat baik terhadap aktivitas pembelajaran. Selingan humor sangat
membantu peserta didik meningkatkan kegairahan belajar, terutama mereka sedang
mengalami penuruan konsentras, jenuh, bosan, kehilangan motivasi dalam belajar,
Bahkan humor dapat meningkatkan daya ingat dan kemampuan memahami pelajaran
lebih abstrak sekalipun.
sara-saran
Bagi guru-guru atau Dosen
yang tidak memiliki sense of humor sebenarnya sisipan humor dalam pembelajaran
masih bisa dilakukan. Hambatan tersebut bukan lagi menjadi masalah karena ada
upaya lain yang dapat dilakukan lagi menjadi masalah karena ada upaya lain yang
dapat di lakukan untuk mengatasinya. Guru dapat memilih humor yang biasa
disebut Planned humor . Humor ini
adalah humor yang direncanakan dengan memanfaatkan berbagai sumber yang
memungkinkan seperti karikatur, kartun, cerita singkat/anekdot humor, dan
lain-lain. Humor ini daoat ditayangkan, diceritakan ulang pada siswa,
didialogkan antara dua oarang atau lebih, dll. Bahkan cara yang telah banyak
dilakukan oleh pakar asing adalah dengan memasukan unsur humor itu kedalam
soal, silabus, materi dan sebgainya.
Disini bahwa menggunakan
humor dalam proses belajar memberi hasil dan proses belajar yang
menggembirakan, menyenangkan, sehingga materi bisa diterima denga baik.
Sumber:
Buku : Strategi
Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor
Pengarang :
Darmansyah,
S.T. M.Pd.
Penerbit :
Bumi Aksara Jakarta,2011.
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2206314-pengertian-humor/#ixzz1gQeRug4c........1
Juli 2012. jam. 8.00.
2.
Ikhtisar Buku
IKHTISAR
INOVASI PENDIDIKAN
Judul Buku : Inovasi
Pendidikan
Pengarang : Ibrhim
Penerbit : Departemen Pendidkan dan Kebudayaan
DITJEN Pendidikan Tinggi, Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Pendahuluan
Kata
“inovation” (bahasa inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau
pembaharuan (S. Wojowasito, 1972) tetapi ada yang menjadikan kata inovation
menjadi kata Indonesia inovasi. Inovasi
juga kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru
itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menerjemahkan
kata dari bahasa Inggris, “discovery” dan “inovetion”. Ada juga yang mengaitkan
antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha
pembaharuan.
Inovasi
Beberapa para ahli mendefinisikan
inovasi dapat ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang
pengertian inovasi antara yang satu
dengan yang lain. Jika terjadi ketidaksamaan hanya dalam satu susunan kalimat
atau penekanan maksud, tetapi pada dasarnya pengertianya sama. Semua devinisai
pera ahli menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis,
metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai
suatu yang baru bagi seorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru
itu dapat berupa hasil invensi atau discoveri, yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu atau untuk memecahhkan masalah.[1]
Diskoveri, Invensi, Dan Innovasi
Diskoveri, Invensi, dan Innovasi, dapat
diartikan sebagai penemuan, maksudnya ketiga kata tersebut mengundang arti
ditmukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada
lama kemudian kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti
sebelumnya tidak ada.
Diskoveri
adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu
sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Invensi
adalah suatu penemuan sesuatu yang nemar-benar baru artinya hasil kreasi
manusia benda atau yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya ada, kemudian
diadakan dengan hasil kreasi baru. Inovasi
adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai
suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu.
Inovasi dan Modernisasi
Antara
kedua istilah inovasi dan modernisasi, tampak persamaan yaitu kedua-duanya
merupakan perubahan sosial. Dan di atas telah dibicarakan tentang inovasi, maka
sekarang perlu dibicarakan modernisasi.
Modernisasi
adalah proses perubahan sosial, dari masyarakat tradisional (yang belum modern)
ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah moder). Di antara
tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi telah
makmur, bidang politik sudah stabil, terpenuhi pelayanan pendidikan dan
kesehatan.
Inkeles
menekankan pada perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari
gaya atau pola hidup tradisional ke gaya hidup atau pola hidup modern.
Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu itu terjadi akibat terjadi
perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional kemasyarakat
yang sudah maju (industri)
Dari
beberapa defenisi kedua hal tersebut, maka yang perlu diketahui kaitan antara
inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi kedua-duanya merupakan
perubahan sosial, perbedaanya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu.
Inovasi menekankan pada ciiri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang
baru bagi individu masyarakat, sedangkan modernisasi menekankan pada perubahan
dari masyarakat yang tradisional ke masyarakat modern, atau dari yang belum
maju ke yang sudah maju.[2]
Karateristik Inovasi
Karakteristik
inovasi merupakan sesuatu yang mempengaruhi cepat lambatnya inovasi. Everet M.
Rogers (1983) mengemukakan 5 macam karakteristik inovasi: keuntungan relatif,
kompetibel, kompleksitas, trialabilitas, dapat diamati (observabilitas).[3]
Zaltman, Duncan, dan holbek (1973),
mengemukakan atribut inovasi dapat berpengaruh terhadap cepat lambatnya
diterimanya suatu inovasi, yaitu pembiayaan, modal, resiko dan ketidak pastian,
mudah dikomunikasikan, kompatabilitas, kompleksitas, status ilmiah, kadar
keaslian, dapat dilihat kemanfaatanya, dapat dilihat batas sebelumnya,
keterlibatan sasaran perubahan, hubungan interpersonal, kepentingan umum atau
pribadi, tersedianya penyuluh inovasi.
Inovasi Pendidikan
Inovasi
pendidikan adalam inovasi dalam pendidikan atau inovasi untuk memecahkan
masalah pendidikan atau untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Inovasi
pendidikan mencakup komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah,
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem arti yang
luas misalnya sistem pendidikan nasional. Antara lain komponen inovasi
pendidikan sperti dalam: pembinaan personalia, banyak personal dan wilayah
kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran
yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian (mekanisme
kerja), hubungan dengan sistem yang lain.[4]
Strategi untuk melaksanakan inovasi
biasanya dilakukan terhaadap inovasi, penilaian terhadap inovasi, percobaan
inovasi.
I.
MODEL
INOVASI PENDIDIKAN
Pendahuluan
Model inovasi pendidikan yang akan
dibicarakan di sini adalah model inovasi pendidikan yang menerapkan difusi
inovasi dalam bidang pendidkan. Kita telah mengetahui bahwa inovasi termasuk
bagian dari perubahan sosial, dan inovasi pendidikan merupakan bagian dari
inovasi. Mengingat dalam penyelenggara pendidikan formal adalah suatu
organisasi maka pola inovasi dalam organisasi yang lebih sesuai diterapkan
dalam bidang pendidikan. Namun demikian organisasi pendidikan mempunyai
karakteristik atau keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan organisasi yang
lain diluar bidang pendidikan.
Inovasi pendidikan sangat perlu
melakukan perencanaan, karena tanpa rencana yang mantap inovasi tidak akan
efektif, setelah diketahui tentang model perencanaan inovasi pendidikan,
dilanjutkan dengan pembicaraan tentang beberapa model inovasi pendidikan. Kemudian
juga perlu deketahui tentang petunjuk untuk mengadakan inovasi pendidikan di
sekolah.[5]
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Proses Inovasi Pendidikan
Lembaga pendidikan formal seperti
sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi, adalah suatu sub sistem
dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga
pendidkan formal tersebut juga akan mengalami perubahan, dan sebaliknyajika
lembaga pendidkan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap
sistem sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses inovasi pendidikan yaitu: kegiatan belajar-mengajar, faktor internal dan
eksternal, dan sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).[6]
Kagiatan belajar-mengajar banyak mengandung kelemahan maka sangat besar
pengaruhnya untuk menimbulkan gagasan prlunya inovasi. Faktor internal yang
mempengaruhi inovasi pendidikan ialah siswa, sedangkan faktor eksternal orang
tua murid dan warga masyarakat. Adapun guru, konselor, administrator
pendidikan, para ahli pendidik (profesi pendidikan) termasuk faktor internal
maupun ekternal dalam proses inovasi pendidikan.
Perencanaan Inovasi Pendidikan
Perencanaan
adalah suatu suatu persiapan dan pengambilan keputusan untuk berbuat secara
sistematik yaitu merupakan serangkaian keaktifan berkelanjutan dan saling
melengkapi untuk mencapai suatuu tujuan. Perencanaan merupakn hal yang mutlak
diperlukan suksesnya inovasi pendidkan. Ada tiga macam hubungan antara sistem
dengan lingkungannya yaitu: reaktif, proaktif, dan interaktif.
Hubungan proaktif dan interaktif
yang relefan dengan adanya inovasi pendidikan (perubahan inovasi yang
direncanakan). Model perencanaan inovasi pendidikan proaktif interaktif dengan
ciri utama: terbuka, fleksibel, keseluruhan dan hubungan.
Beberapa Model Inovasi Pendidikan
Berdasarkan
berbagai model perencanaan pendidikan maka terdapat juga berbagai model inovasi
pendidikan. Model penelitian pengembangan dan difusi(RD & D model), model
pengembangan organisasi dan moddel konfigurasi.
Model Inovasi Penelitian,
Pengembangan Dan Difusi (Rd & D Model)
Model
inovasi penelitian, pengembangan dan difusi (RD & D model) sangat besar
pengaruhnya terhadap pengembangan pendidikan. Model inovasi ini berdasarkan
pemikiran bahwa setiap orang tentu memerlukan perubahan, dan unsur pokok dari
dari perubahan ialah penelitian, pengemabangan, dan difusi. Agar benar-benar
diketahu dengan tepat permasalahan yang dihadapi serta kebutuhan yang
diperlukan, maka langkah pertama yang harus dilakukan dalam usaha mengadakan
perubahan pendidikan ialah melakukan kegiatan penelitian pendidikan. Hasil
penelitian tidak dapat langsung didayagunakan oleh pemakai perlu dikembangkan
lebih dahulu dalam pola yang bersifat operasional. Guru harus mampu
mengembangkan pikiran anak melalui langkah-langkah mengajar yang tepat
berdasarkan proses perkembangan pikir anak. Dengan demikian langkah kedua yang
harus dilakukan ialah langkah: pengembangan.
Hasil proses pengembangan berupa suatu inovasi,
yang harus disebarluaskan atau di difusikan. Maka langkah yang ketiga ialah
langkah difusi.
Educationnal
respouces Informastion Center (ERIC) ialah suatu jaringan yang mencakup wilayah
nasional untuk mencari, menyeleksi, mengabstraksi, membuat indeks, menyimpan,
menyempurnakan dan mendiseminasikan informasi tentang penelitian dan sumber
pendidikan.
Research
and Developmenn Center terdapat di pergurruan tinggi atau lembaga pendidikan
yang lain, dengan staf (pengurus) yang memilki keahlian dalam bidang atau
permasalahan tertentu dan diharapkan dapat segera menangani masalah pendidikan
atau menghasilkan suatu inovasi pendidikan.
Regional
Educational Laboratories, ialah suatu lembaga yang didesain untuk menangani
pengembangan pendidikan dan strategi penerapan inovasi pendidikan . setiap
laboratorium memusatkan peerhatiannya pada masalah tertentu, dan bertugas untuk
mengembangkan dan mendemonstrsikan alternatif pemecahan masalah pendidikan,
seperti materials (bahan media instruksional) dan berbagai macam latihan atau
metode yang digunakan di sekolah.
Model Pengembangan Organisasi
Moodel ini lebih berorientasi pada
organisasi daripada berorientasi dari pada sistem sosial. Model ini berpusat
pada sekolah atau sistem persekolahan. Model pengembangan organisasi ini
berbeda dengan model pengembangan dan difusi. Model penelitian pengembangan dan
difusi (RD & D) lebih tepat untuk menyebarkan inovasi pada tingkan regional
atau nasional, karena penelitian pendidikan lebih tepat jika dilakukan pada
tingkat regional atau nasional. Dengan menggunakan model ini diharapkan sekolah
mampu memprsiapkan diri untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Moddel Konfigurasi
Model konfigurasi atau juga disebut
konfigurasi teori difusi inovasi dan juga dikenal dengan istilah CLER
(Cofiguratioans, Lingkages, Environment, and
Resources) ialah pendekatan secara komprehensif untuk mengembangkan
strategi inovasi pada situasi yang berbeda. Model ini bersifat umum yang
memungkinkan adanya klaasifikasi dari situasi perubahan yang terjadi. Model ini
menekankan pada batasan tentang serangkaian situasi perubahan pada waktu
tertentu.
Model konfigurasi pada hakikatnya
merupakan model untuk mengatur keempat faktor yang mempengaruhi inovasi,
sehingga penerapan inovasi yang dilkukan dapat berfungsi secara optimal.
Keempat faktor tersebut ialah: Konfigurasi, Hubungan, Hubungan, Lingkungan dan
Sumber.[7]
Petunjuk Penerapan Inovasi Pada
Suatu Sekolah
Petunjuk penerapan inovasi pada
suatu sekolah yaitu dengan cara penerapan ide untuk memperbaiki atau memecahkan
masalah sekolah yang penerapannya merupakan sesuatu yang diamati sebagai
sesuatu yang baru (inovasi):
· Buatlah
rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan
· Gunakan
metode atau cara yang memberikan kesempatan anggota sistem sekolah untuk
berpartisipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadinya atau sekolah.
· Gunakan
berbagai macam alternatif untuk mempermudah penerapan inovasi.
· Gunakan
berbagai macam alternatif untuk mempermudah penerapan inovasi.
· Gunakan
data atau informasiyang sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam menysun
perencanaan dan penerapan inovasi.
· Gunakan
tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadi penerapan inovasi.
· Gunakan
pemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga lain. Buatlah secara positif
untuk mendapatkan kepercayaan.
· Mau
menerima tanggung jawab pribadi.
· Usakan
adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan terjadinya kepemimpinan yang
efektif.
· Usahakan
mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan dasar tentang inovasi di
sekolah. Dengan menjawab pertanyaan tersebut dapat menunjang kelancaran program
inovasi yang dilakukan di sekolah.
· Proses
penerapan inovasi pendidikan akan lancar dan dapat mencapai tujuan dengan
efektif jika program inovasi dipersiapkan
dan direncanakan dengan matang.[8]
II. HAMBATAN DIFUSI INOVASI
Pendahuluan
Sudah
diketahui bahwa inovasi merupakan bagian dari perubahan sistem sosial. Sasaran
inovasi adalah anggota sistem sosial, yang hidup dalam sistem sosial yang
diatur dengan berbagai macam pranata peraturan sosial. Dengan demikian maka
proses inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam pranata sosial. Dari hasil
penelitian yang dilakukanoleh para ahli ternyata terdapat berbagai faktor yang
merupakan hambatan proses difusi inovasi yang berkaitan dengan aplikasi bidang
ilmu dalam sistem sosial seperti: ekonomi, sejarah, geografi, politik,
antropologi, sosiologi, dan peikologi.[9]
Di samping itu juga enam faktor
utama yang menghambat difusi inovasi yang ditemukan bedasarkan penggolongan
dari berbagai macam faktor yang menghambat pelaksanaan difusi inovasi.
Dengan
mengetahui berbagai penghambat inovasi tentu kita akan dapat memahami betapa sukarnya untuk melaksanakan
difusi inovasi secara efektif. Berdasarkan pemahaman tentang hal-hal yang dapat
menghambat difusi inovaasi, kita dapat berusaha menghindari atau mengatasi
kemungkinan hambatan yang akan terjadi jika kita ikut berpartisipasi dalam
kegiatan difusi inovasi.
Dengan
demikian perlu diketahui faktor-faktor yang menghambat difusi inovasi dalam
kaitannya dengan pranata sistem sosial, kemudian dilanjutkan dengan enam faktor
utama yang menghambat difusi inovasi.
Faktor-Faktor Hambatan Difusi
Inovasi Berkaitan Dengan Pranata Sosial
Berdasarkan
tinjauan dari aplikasi bidang ilmu pengetahuan sosial,yang sudah sering disebut
dalam pelaksanaan difusi inovasi di negara berkembang. Bagian-bagian ilmu
sosial yang mencakup geografi, sejarah, politik, sosial budaya, psikologi dan
ekonomi, kemudian ditambah satu lagi kategori yang disebut “prosedur” untuk
menampung berbagai kejadian yang tidak jelas masuk dalam salah satu bidang ilmu
tersebut.[10]
Enam Faktor Utama Hambatan Inovasi
Dari
berbagi macam hambatan nyang dikemukakan tersebut, merupakan kombinasi
penafsiran pengertian dari orang yang menyusun item dan dari responden. Oleh
karena dapat juga terjadi perbedaan arti dari responden yang berbeda. Ada
kecenderungan responden tertentu akan memberikan respon yang hampir sama
terhadap keseluruhan item. Kemudian setelah data dianalisis kembali berdasarkan
penafsiran yang umunya diberikan responden disamping analisa sstatistik dan
juga variasi jawaban responden, maka diperoleh 6 faktor utama hambatan difusi
inovasi yaitu: Estimasi tidak tepat, konflik pribadi dan motivasi, proses
inovasi tidak berkembang, masalah finansial, penolakan dari kelompok tertentu,
dan kurangnya hubungan sosial.[11]
[1] Ibrahim, Inovasi
Pendidikan (Bab II), Departemen Pendidkan dan Kebudayaan DITJEN Pendidikan
Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta
1988, Hal. 42
[2] Ibid, Hal. 44
[3] Ibid, Hal. 58
[4] Ibid, Hal. 56
[5] Ibrahim, Inovasi
Pendidikan (Bab VIII), Departemen Pendidkan dan Kebudayaan DITJEN
Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan,
Jakarta 1988, Hal 161.
[6] Ibid, Hal. 162
[7] Ibid, Hal. 181
[8] Ibid, Hal. Hal. 186
[9] Ibrahim, Inovasi
Pendidikan (Bab VI), Departemen Pendidkan dan Kebudayaan DITJEN Pendidikan
Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta
1988, Hal 118.
[10] Ibid, Hal. 119
[11] Ibid, Hal. 122