SUNARDIN
AMBILAH DUNIA JANGAN TINGGALKAN AKHIRAT
Berbicara persoalan kehidupan, tidak
dapat dilepaskan dengan harta, tahta, dan wanita, bahkan, orang menyatakan
ketiganya harta, jabatan, dan wanita sebagai kesenangan dunia.
Andai saja tiga hal tersebut tidak ada
dan tidak menjadi primadona hidup, maka disatu sisi penjara-penjara akan sepi
penghuninya, dan neraka tidak akan dipenuhi manusia-manusia rakus, tamak, iri,
dengki, dan bakhil terhadap kenikmatan duniawi. Bukankah terjadinya perang,
pembunuhan, pemerasan, pemerkosaan, kecurangan, penipuan. korupsi dan berbagai
fitnah, sering dipicu oleh perebutan tiga hal tersebut.
Disisi lain, seandainya harta,wanita,
dan tahta tidak ada, niscaya sejarah manusia akan punah, perdaban tidak
berubah, dunia ini tidak tertata, hidup tidak indah, dan surgapun akan sepi
dari orang yang penyantun.
Al Qur an menginformasikan bahwa secara
fitrah setiap orang berpotensi untuk condong dan berselera mencintai wanita,tahta,
dan jabatan. Allah berfirman (QS. Al Imran:14).
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternakdan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).
Bahkan Nabi SAW, menjelaskan bahwa
kebanyakan manusia menginginkan yang lebih banyak daripada apa yang telah
diterima. Seandainya sudah punya sepeda
motor, tentu ingin punya mobil, seandainya sudah punya mobil, tentu ingin punya
pesawat, seandainya sudah jadi guru, tentu ingin jadi kepala sekolah,
seandainya sudah dapat gaji satu juta, tentu ingin lima juta dll.
Ibnu Zubair berkata, wahai manusia,
sesungguhnya Nabi SAW, bersabda.
“Seandainya
anak adam itu diberi sebuah lembah yang penuh dengan emas, niscaya ia
menginginkan yang kedua. Seandainya dia diberi dua lembah, niscaya ia
menginginkan yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut anak adam kecuali
tanah, dan Allah mangampuni dosa-dosa orang-orang yang bertaubat ”
Harta sangat memikat, wanita sangat
mempesona, dan tahta sangat menggoda bagi siapapun yang menginginkannya dengan
penuh ambisi. Ketiganya dapat membawa pada petaka dan celaka, tetapi juga dapat
menjadi jembatan emas, yang menggabungkan kepada kesejahteraan dan kebahagiaan
sejati, tergantung bagaima kita menyikapinya.
Bapak/Ibu hadirin.................
Secara garis besar ada dua kelompok
manusia dalam menyikapi kenikmatan duniawi, yaitu.
1. Kenikmatan
dunia sebagai Ghayah (Tujuan)
Mereka
yang memilih dan menetapkan bahwa peraihan sukses dunia, baik berupa harta
melimpah, istri cantik dan menawan, maupu tahta yang tinggi penuh misteri
menjadi ghayah (tujuan) berarti ia
telah berhasil mengambil dan membangun lumbung dunianya, tetapi menghancurkan
akhiratnya, kalau mata dan hatinya telah fokus memandang dunia sebagai tujuan. Maka
Allah akan memberikan balasan semua pekerjaannya dengan sempurna didunia,
tetapi di akhirat tidak mendapatkan apa-apa, kecuali neraka yang panas membara,
bahkan sia-sialah yang mereka kerjakan dunia.
Allah berfirman dalam surah hud:15-16.
“Barang
siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti kami berikan balasan
penuh atas pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak
akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh sesuatu di akhirat
kecuali neraka dan sia-sialah disana apa yang mereka usahakan ketika hidupnya
didunia dan terhapuslah apa yang mereka kerjakan ”
“Ketahuilah,sesungguhnya
kehiduapan dunia itu hanyalah permainan dan
senda gurauan ”
Kebiasaaan hidup yang ditampilkan
adalah selalu mengambil jalan pintas, dalam teori Machiavelli, menyebutkan, mengahalalkan segala cara, asalkan tujuan
materi tercapai. mereka mengabaikan martabat demi sesuap nasi, mereka
menggadaikan keyakinan demi wanita tercinta, mereka meremehkan idiolagi demi
sebuah posisi.
Mentalnya telah diracuni sifat tamak,
rakus, serakah, dan culas, terhadap kehidupan serta terobsesi agar cepat meraih
kekayaan materi. Namun demikian, dalam hatinya ada ketakutan yang sangat
terhadap kematian, sebab jika kematian datang maka mereka akan berpisah dengan,
harta, wanita, dan jabatan.
Bagi mereka hidup didunia adalah kebebasan
tanpa batas, semau gue, tanpa nilai, dan tanpa norma, hidupnya seperti
binatang. (Allah berfirman Muhammad:12). “Sesungguhnya,
Allah akan memasukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke
dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Dan orang yang kafir menikmati
kesenangan dunia dan mereka makan seperti hewan, dan nerakalah tempat tinggal
mereka ”
B.
Kenikmatan Dunia Sebagai Wasilah (Jembatan)
Jika kenikmatan dunia diyakini sebagai wasilah atau jembatan menuju kehidupan yang
hakiki, maka harta, wanita, dan tahta tidak dapat mengikat, menjerat, dan
memperbudak hatinya. Seluruh nikmat yang diterima akan diletakkan sebagai penunjang
keberhasilan ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT. Semakin kekayaan melimpah
maka kedermawanan bertambah, semakin umur bertambah, maka meningkatlah ibadah.
Dan semakin meningkat ilmu meningkat pula dalam berguru dan menyebarkan
kebaikan amal yang shaleh.
”Abu
Hurairah, menuturkan dalan sebuah hadits Qudsi, Rasulullah bersabda” Allah
berfirman “Aku sediakan bagi
hamba-hambaku yang shaleh berbagai kenikmatan, yang mana mata belum pernah
melihatnya, telinga belum pernah mendengarnya, dan hati belum pernah
membayangkannya....”
Inilah gambaran kenikmatan yang akan
diberi kepada orang-orang yang telah memenangkan berbagai persaingan hidup. cara
pandang seperti itu akan menampilkan sikap hidup yang tidak malas, tidak rakus,
tidak tamak, dan tidak culas dalam menyikapi kehidupan. Perbuatan sederhana
apapun diyakini akan membawa dampak tertentu, yang tentunya akan mendapatkan
balasan sesuai bobot atau kualitas perbuatannya.
Inilah model hidup juhud yang telah
dicontohkan oleh sahabat-sahabat Nabi sehingga menjadikan mereka orang-orang
yang dihormati pada masa itu hingga hari ini nama-nama mereka terus
disebut-sebut.
Inilah rahasia pemungkas agar kita
dicintai Allah dan dicintai sesama manusia. disebutkan dalam sebuha hadist
“Telah
datang seseorang kepada Rasulullah dan bertanya, Wahai Rasulullah, Tunjukan
kepada kami sesuatu amalan yang jika aku laksanakan Allah akan mencintaiku dan
manusia mencintaku pula’ Rasulullah menjawab, “berzuhudlah kamu dalam urusan
dunia, maka Allah mencintaimu, dan berzuhudlah kamu pada apa-apa yang ada
ditangan manusia, maka manusia mencintaimu””.
Sebagai penutup
khotbah ini, marilah kita bersyukur atas segala kenikmatan yang ada ditangan
kita dan kenikmatan yang ada dihadapan kita. (Q.S. Ibrahim:7).
“Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".