Rabu, 26 September 2012

Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor



SUNARDIN, M.Pd.I /FAI UNIAT JAKARTA

STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN


 Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor

Pendahuluan
Dunia pendidikan mengalami perkembangan luarbiasa diawal milenium ketiga, perekembangan fenomenal yang mengejutkan dunia itu ditandai dengan ditemukannya cara belajar terbaik diabad ini, Temuan diperoleh melalui riset mendalam tentang pembelajaran kemudian di tulis dalam bentuk buku Gordon dan Dr.Jeanete Vos tahun 2000 (edisi terjemah) dengan melahirkan karya yang berjudul Revolusi cara belajar.
                        Jika dicermati lebih dalam, sebenarnya revolusi cara belajar yang diusung kedua penulis buku diatas dan beberapa ahli pendidikan lainnya, bertumpu pada kecerdasan lain selain kecerdasan intelektual yang selama ini diagungkan sebagai penentu keberhasilan. Kini terbukti tidak sepenuhnya benar. Kecerdasan intelektual menjadi tidak berarti sama sekali, jika tidak didukung oleh kecerdasan emosional yang memadai. kecerdasan emosional itulah yang memungkinkan seseorang mampu menikmati pembelajaran secara menyenangkan. Kesimpulan terakhir dari penelitian itulah yang memungkinkan seseorang mampu menikmati pembelajaran secara menyenangkan. Kesimpulan terakhir akhir dari penelitian itu ditulis dalam sampul bukunya”Belajar efektif kalau anda dalam keadaan menyenangkan menyenangkan”  
                        Pembelajaran yang menyenangkan dapat diciptakan melalui penerapan berbagai strategi pembelajaran, Peserta didik dapat menikmati pembelajaran menyenangkan, jika lingkungan fisiknya kondusif untuk belajar, pembelajaran menyenangkan akan tercipta, apabila suasananya betul-betul dapat menikmati secara nyaman, mislanya dengan iringan musik, peserta didik akan merasa senang jika interaksi dan komunikasi dengan gurunya penuh keakraban, saling menghargai, dan penuh tawa.
                        Interkasi dan komunikasi menyenangkan antara pendidik dan peserta didik merupakan faktor terpenting dalam menerapkan strategi pembelajaran menyenangkan. Apapun usaha yang dilakukan untuk menciptkan lngkungan fisik dan membangun suasana senyaman mungkin, akan jadi sia-sia belaka, jika interaksi dan komunikasi antara guru dan peserta didikn tidak menyenangkan. oleh karena itu, strategi pembelajaran menyenangkan sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menciptkan interaksi dan komunikasi yang bermutu.
                        Salah satu bentuk interaksi dan komunikasi menyenangkan yang sedang berkembang dalam pembelajaran saat ini adalah menggunakan sisipan humor, humor ternyata memberikan dampak sangat baik terhadap peningkatan kualitas interaksi dan komunikasi bila digunakan secara tepat, humor bahkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan daya ingat, mengurangi stres, dan mempermudah pemahaman dalam bidang-bidang tertentu. Humor telah terbukti dalam beberapa penelitian meningkatkan daya afirmatife peserta didik dalam pembelajaran.
Pengertian
Istilah humor sendiri merupakan kata-kata yang memiliki banyak makna. Akar kata “umor” mengandung arti cairan (liquidor fluid). Pada Abad Pertengahan, humor menunjuk kepada suatu energi yang berpikir untuk berhubungan dengan suatu cairan tubuh dan keadaan emosional. Energi ini telah dipercaya untuk menentukan kesehatan dan karakter.
Menurut Freud, tujuan dari lelucon atau humor itu adalah untuk memberikan kesenangan, memunculkan hal yang sebelumnya tersembunyi atau tidak diakui. Freud membagi dua jenis humor yaitu1) Humor polos,Yakni berupa sekedar permainan kata. Dalam lelucon yangmenyenangkan, terdapat rasa kepuasan, senyum samar dansuasana yang sesaat menjadi ringan. 2) Humor tendensius, humor yang memiliki motif jahat.
Lelucon yang dilontarkan oleh orang jahat yang memiliki motif menyerang, mengejek atau membela diri. Referensi tentang manfaat humor terhadap kesehatan ditemukan pada abad 14, di mana seorang ahli bedah perancis, Henri de Monville menuliskan bahwa seorang pasien bedah harus mendapatkan kebahagiaan atau kegembiraan dalam hidupnya untuk membentuk proses penyembuhan. Menurutnya kegembiraan tersebut dapat diperoleh ketika pasien berkumpul bersama dengan keluarga dan teman-teman yang dapat menghiburnya dengan lelucon-lelucon dan humor.
Persepsi humor melibatkan keseluruhan otak dan mengintegrasikan serta menyeimbangkan aktivitas kita di dalam belahan kedua-duanya (otak kiri dan otak kanan). Derks telah menunjukkan bahwa ada suatu pola yang unik dari otak yang beraktivitas memancarkan gelombang persepsi humor. EEG’stelah merekam subjek-subjek tertentu ketika subjek-subjek itu hadir sebagai bahan- bahan yang lucu dan menggelikan. Selama pengaturan canda, belahan otak bagian kiri memulai fungsi analitisnya terhadap proses pengaturan kata-kata. Segera setelah itu, kebanyakan dari aktivitas otak bergerak ke coping depanyang mana merupakan pusat emosionalitas (center ofemotionality).
Menurut Eysenck (1972), humor adalah sesuatu yang dapat membuat tertawa. Searah dengan definisi Eysenck ini, Munandar(1996) menyatakan bahwa humor dapat dirumuskan sebagai semacam perangsangan (stimulus) yang memancing reflekstawa.
Humor menurut Razi dalam Mario adalah kata-kata, perbuatan atau peristiwa yang bisa membuat syahwat tertawa kita bangkit. Humor itu perlu bahkan penting untuk hidup. Begitupentingnya, humor bisa disamakan dengan kebutuhan oksigen bagi paru-paru manusia. Humor yang baik adalah humor yangbisa membuat kita tersenyum tanpa membuat orang lain sakithati. Semakin tinggi selera dan sensitifitas humor kita, maka kitaakan semakin diterima oleh lingkungan sekitar. Intinya, timingkapan kita tertawa dan kapan kita tidak tertawa itu tak kalahpentingnya. Ini juga berkaitan dengan level pendidikan dan wawasan kita. Satu hal lagi yang perlu dicatat, bahwa seseorang pehumor tidak otomatis harus lucu seperti pelawak. Yang paling penting adalah dia bisa mengapresiasi humor. Bisa tersenyum atau tertawa pada humor yang baik, sehat dan bisa bersikap bijakdan berusaha menetralisir pada humor.
Perlu untuk diingat bahwa rangsangan untuk tertawa haruslah bersifat mental, bukan karena digelitiki sampai tertawatawa. Sering kali kita tertawa atau tergelitik oleh suatu kejadian, tulisan atau perilaku dimana tidak semua orang tidak sama reaksinya. Pada saat kita tertawa, sebagian dari surplus ketegangan yang kita rasakan dapat berkurang.



Comentar sara-saran
          Menggunakan sisipan humor dalam proses belajar mengajar dapat menggugah siswa secara emosional yang memacu mereka untuk tertawa, ketika mereka tertawa itulah tercipta suasana menyenangkan akan dapat meningkatkan pemahaman, mempertinggi daya ingat dan memberi peluang kepada siswa untuk menfungsikan otak memori da otak berpikir mereka secara optimal.
            Sisipan humor yang menciptakan kesenangan belajar penuh tawa akan meningkatkan keingintahuan siswa dan mendorong mereka lebih kreatif. Loomas Kolberg (1993), menyatakan bahwa sifat humoris guru dan kemampuan guru menggunakan berbagai sumber untuk menciptkan suasana yang humoris akan membuat siswa lebih kreatif. lebih lanjut ia menyatakan, bahwa jika kelas merupakan lingkungan yang hidup, kreatif dan penuh tawa, maka murid dari segala usia memiliki saluran keluar ilmiah, dimaan rasa keingintahuan meraka berkembang. 
            Penggunaan humor dalam pembelajaran sudah banyak dibuktikan melalui berbagai penelitian para ahli, Humor memiliki pengaruh yang snagat baik terhadap aktivitas pembelajaran. Selingan humor sangat membantu peserta didik meningkatkan kegairahan belajar, terutama mereka sedang mengalami penuruan konsentras, jenuh, bosan, kehilangan motivasi dalam belajar, Bahkan humor dapat meningkatkan daya ingat dan kemampuan memahami pelajaran lebih abstrak sekalipun.
           
sara-saran
Bagi guru-guru atau Dosen yang tidak memiliki sense of humor  sebenarnya sisipan humor dalam pembelajaran masih bisa dilakukan. Hambatan tersebut bukan lagi menjadi masalah karena ada upaya lain yang dapat dilakukan lagi menjadi masalah karena ada upaya lain yang dapat di lakukan untuk mengatasinya. Guru dapat memilih humor yang biasa disebut Planned humor . Humor ini adalah humor yang direncanakan dengan memanfaatkan berbagai sumber yang memungkinkan seperti karikatur, kartun, cerita singkat/anekdot humor, dan lain-lain. Humor ini daoat ditayangkan, diceritakan ulang pada siswa, didialogkan antara dua oarang atau lebih, dll. Bahkan cara yang telah banyak dilakukan oleh pakar asing adalah dengan memasukan unsur humor itu kedalam soal, silabus, materi dan sebgainya.
Disini bahwa menggunakan humor dalam proses belajar memberi hasil dan proses belajar yang menggembirakan, menyenangkan, sehingga materi bisa diterima denga baik.
Sumber:
  Buku                           : Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor  
  Pengarang      : Darmansyah, S.T. M.Pd.
            Penerbit         : Bumi Aksara Jakarta,2011.

 

2.      Ikhtisar Buku
IKHTISAR

INOVASI PENDIDIKAN

Judul Buku    : Inovasi Pendidikan
Pengarang     : Ibrhim
Penerbit         : Departemen Pendidkan dan Kebudayaan DITJEN Pendidikan Tinggi,         Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Pendahuluan
            Kata “inovation” (bahasa inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan (S. Wojowasito, 1972) tetapi ada yang menjadikan kata inovation menjadi kata Indonesia inovasi. Inovasi juga kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menerjemahkan kata dari bahasa Inggris, “discovery” dan “inovetion”. Ada juga yang mengaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan.
Inovasi
            Beberapa para ahli mendefinisikan inovasi dapat ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian  inovasi antara yang satu dengan yang lain. Jika terjadi ketidaksamaan hanya dalam satu susunan kalimat atau penekanan maksud, tetapi pada dasarnya pengertianya sama. Semua devinisai pera ahli menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu dapat berupa hasil invensi atau discoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahhkan masalah.[1]    
Diskoveri, Invensi, Dan Innovasi
            Diskoveri, Invensi, dan Innovasi, dapat diartikan sebagai penemuan, maksudnya ketiga kata tersebut mengundang arti ditmukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada.
            Diskoveri adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Invensi adalah suatu penemuan sesuatu yang nemar-benar baru artinya hasil kreasi manusia benda atau yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu.
Inovasi dan Modernisasi
Antara kedua istilah inovasi dan modernisasi, tampak persamaan yaitu kedua-duanya merupakan perubahan sosial. Dan di atas telah dibicarakan tentang inovasi, maka sekarang perlu dibicarakan modernisasi.
Modernisasi adalah proses perubahan sosial, dari masyarakat tradisional (yang belum modern) ke masyarakat yang lebih maju (masyarakat industri yang sudah moder). Di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (modern) ialah bidang ekonomi telah makmur, bidang politik sudah stabil, terpenuhi pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Inkeles menekankan pada perubahan pribadi (individu), artinya perubahan individu dari gaya atau pola hidup tradisional ke gaya hidup atau pola hidup modern. Perubahan sikap, sifat atau gaya hidup individu itu terjadi akibat terjadi perubahan kehidupan masyarakat yakni dari masyarakat tradisional kemasyarakat yang sudah maju (industri)
Dari beberapa defenisi kedua hal tersebut, maka yang perlu diketahui kaitan antara inovasi dan modernisasi. Inovasi dan modernisasi kedua-duanya merupakan perubahan sosial, perbedaanya hanya pada penekanan ciri dari perubahan itu. Inovasi menekankan pada ciiri adanya sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi individu masyarakat, sedangkan modernisasi menekankan pada perubahan dari masyarakat yang tradisional ke masyarakat modern, atau dari yang belum maju ke yang sudah maju.[2]
Karateristik Inovasi
            Karakteristik inovasi merupakan sesuatu yang mempengaruhi cepat lambatnya inovasi. Everet M. Rogers (1983) mengemukakan 5 macam karakteristik inovasi: keuntungan relatif, kompetibel, kompleksitas, trialabilitas, dapat diamati (observabilitas).[3]
            Zaltman, Duncan, dan holbek (1973), mengemukakan atribut inovasi dapat berpengaruh terhadap cepat lambatnya diterimanya suatu inovasi, yaitu pembiayaan, modal, resiko dan ketidak pastian, mudah dikomunikasikan, kompatabilitas, kompleksitas, status ilmiah, kadar keaslian, dapat dilihat kemanfaatanya, dapat dilihat batas sebelumnya, keterlibatan sasaran perubahan, hubungan interpersonal, kepentingan umum atau pribadi, tersedianya penyuluh inovasi.
Inovasi Pendidikan
            Inovasi pendidikan adalam inovasi dalam pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan atau untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Inovasi pendidikan mencakup komponen sistem pendidikan, baik sistem dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun sistem arti yang luas misalnya sistem pendidikan nasional. Antara lain komponen inovasi pendidikan sperti dalam: pembinaan personalia, banyak personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan, prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja), hubungan dengan sistem yang lain.[4]
            Strategi untuk melaksanakan inovasi biasanya dilakukan terhaadap inovasi, penilaian terhadap inovasi, percobaan inovasi.

I.         MODEL INOVASI PENDIDIKAN
Pendahuluan
            Model inovasi pendidikan yang akan dibicarakan di sini adalah model inovasi pendidikan yang menerapkan difusi inovasi dalam bidang pendidkan. Kita telah mengetahui bahwa inovasi termasuk bagian dari perubahan sosial, dan inovasi pendidikan merupakan bagian dari inovasi. Mengingat dalam penyelenggara pendidikan formal adalah suatu organisasi maka pola inovasi dalam organisasi yang lebih sesuai diterapkan dalam bidang pendidikan. Namun demikian organisasi pendidikan mempunyai karakteristik atau keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan organisasi yang lain diluar bidang pendidikan.
            Inovasi pendidikan sangat perlu melakukan perencanaan, karena tanpa rencana yang mantap inovasi tidak akan efektif, setelah diketahui tentang model perencanaan inovasi pendidikan, dilanjutkan dengan pembicaraan tentang beberapa model inovasi pendidikan. Kemudian juga perlu deketahui tentang petunjuk untuk mengadakan inovasi pendidikan di sekolah.[5]
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Inovasi Pendidikan
            Lembaga pendidikan formal seperti sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi, adalah suatu sub sistem dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga pendidkan formal tersebut juga akan mengalami perubahan, dan sebaliknyajika lembaga pendidkan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap sistem sosial.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan yaitu: kegiatan belajar-mengajar, faktor internal dan eksternal, dan sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).[6]
            Kagiatan belajar-mengajar  banyak mengandung kelemahan maka sangat besar pengaruhnya untuk menimbulkan gagasan prlunya inovasi. Faktor internal yang mempengaruhi inovasi pendidikan ialah siswa, sedangkan faktor eksternal orang tua murid dan warga masyarakat. Adapun guru, konselor, administrator pendidikan, para ahli pendidik (profesi pendidikan) termasuk faktor internal maupun ekternal dalam proses inovasi pendidikan.
Perencanaan Inovasi Pendidikan
            Perencanaan adalah suatu suatu persiapan dan pengambilan keputusan untuk berbuat secara sistematik yaitu merupakan serangkaian keaktifan berkelanjutan dan saling melengkapi untuk mencapai suatuu tujuan. Perencanaan merupakn hal yang mutlak diperlukan suksesnya inovasi pendidkan. Ada tiga macam hubungan antara sistem dengan lingkungannya yaitu: reaktif, proaktif, dan interaktif.
            Hubungan proaktif dan interaktif yang relefan dengan adanya inovasi pendidikan (perubahan inovasi yang direncanakan). Model perencanaan inovasi pendidikan proaktif interaktif dengan ciri utama: terbuka, fleksibel, keseluruhan dan hubungan.
Beberapa Model Inovasi Pendidikan
Berdasarkan berbagai model perencanaan pendidikan maka terdapat juga berbagai model inovasi pendidikan. Model penelitian pengembangan dan difusi(RD & D model), model pengembangan organisasi dan moddel konfigurasi.
Model Inovasi Penelitian, Pengembangan Dan Difusi (Rd & D Model)
Model inovasi penelitian, pengembangan dan difusi (RD & D model) sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan pendidikan. Model inovasi ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang tentu memerlukan perubahan, dan unsur pokok dari dari perubahan ialah penelitian, pengemabangan, dan difusi. Agar benar-benar diketahu dengan tepat permasalahan yang dihadapi serta kebutuhan yang diperlukan, maka langkah pertama yang harus dilakukan dalam usaha mengadakan perubahan pendidikan ialah melakukan kegiatan penelitian pendidikan. Hasil penelitian tidak dapat langsung didayagunakan oleh pemakai perlu dikembangkan lebih dahulu dalam pola yang bersifat operasional. Guru harus mampu mengembangkan pikiran anak melalui langkah-langkah mengajar yang tepat berdasarkan proses perkembangan pikir anak. Dengan demikian langkah kedua yang harus dilakukan ialah langkah: pengembangan. Hasil proses pengembangan berupa suatu inovasi, yang harus disebarluaskan atau di difusikan. Maka langkah yang ketiga ialah langkah difusi.
Educationnal respouces Informastion Center (ERIC) ialah suatu jaringan yang mencakup wilayah nasional untuk mencari, menyeleksi, mengabstraksi, membuat indeks, menyimpan, menyempurnakan dan mendiseminasikan informasi tentang penelitian dan sumber pendidikan.
Research and Developmenn Center terdapat di pergurruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, dengan staf (pengurus) yang memilki keahlian dalam bidang atau permasalahan tertentu dan diharapkan dapat segera menangani masalah pendidikan atau menghasilkan suatu inovasi pendidikan.
Regional Educational Laboratories, ialah suatu lembaga yang didesain untuk menangani pengembangan pendidikan dan strategi penerapan inovasi pendidikan . setiap laboratorium memusatkan peerhatiannya pada masalah tertentu, dan bertugas untuk mengembangkan dan mendemonstrsikan alternatif pemecahan masalah pendidikan, seperti materials (bahan media instruksional) dan berbagai macam latihan atau metode yang digunakan di sekolah.

Model Pengembangan Organisasi
            Moodel ini lebih berorientasi pada organisasi daripada berorientasi dari pada sistem sosial. Model ini berpusat pada sekolah atau sistem persekolahan. Model pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi. Model penelitian pengembangan dan difusi (RD & D) lebih tepat untuk menyebarkan inovasi pada tingkan regional atau nasional, karena penelitian pendidikan lebih tepat jika dilakukan pada tingkat regional atau nasional. Dengan menggunakan model ini diharapkan sekolah mampu memprsiapkan diri untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Moddel Konfigurasi
            Model konfigurasi atau juga disebut konfigurasi teori difusi inovasi dan juga dikenal dengan istilah CLER (Cofiguratioans, Lingkages, Environment, and  Resources) ialah pendekatan secara komprehensif untuk mengembangkan strategi inovasi pada situasi yang berbeda. Model ini bersifat umum yang memungkinkan adanya klaasifikasi dari situasi perubahan yang terjadi. Model ini menekankan pada batasan tentang serangkaian situasi perubahan pada waktu tertentu.
            Model konfigurasi pada hakikatnya merupakan model untuk mengatur keempat faktor yang mempengaruhi inovasi, sehingga penerapan inovasi yang dilkukan dapat berfungsi secara optimal. Keempat faktor tersebut ialah: Konfigurasi, Hubungan, Hubungan, Lingkungan dan Sumber.[7]
Petunjuk Penerapan Inovasi Pada Suatu Sekolah
            Petunjuk penerapan inovasi pada suatu sekolah yaitu dengan cara penerapan ide untuk memperbaiki atau memecahkan masalah sekolah yang penerapannya merupakan sesuatu yang diamati sebagai sesuatu yang baru (inovasi):
·      Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan
·      Gunakan metode atau cara yang memberikan kesempatan anggota sistem sekolah untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha merubah pribadinya atau sekolah.
·      Gunakan berbagai macam alternatif untuk mempermudah penerapan inovasi.
·      Gunakan berbagai macam alternatif untuk mempermudah penerapan inovasi.
·      Gunakan data atau informasiyang sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam menysun perencanaan dan penerapan inovasi.
·      Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadi penerapan inovasi.
·      Gunakan pemanfaatan dari pengalaman sekolah atau lembaga lain. Buatlah secara positif untuk mendapatkan kepercayaan.
·      Mau menerima tanggung jawab pribadi.
·      Usakan adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan terjadinya kepemimpinan yang efektif.
·      Usahakan mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan dasar tentang inovasi di sekolah. Dengan menjawab pertanyaan tersebut dapat menunjang kelancaran program inovasi yang dilakukan di sekolah.
·      Proses penerapan inovasi pendidikan akan lancar dan dapat mencapai tujuan dengan efektif jika program inovasi dipersiapkan  dan direncanakan dengan matang.[8]

II.      HAMBATAN DIFUSI INOVASI
Pendahuluan
            Sudah diketahui bahwa inovasi merupakan bagian dari perubahan sistem sosial. Sasaran inovasi adalah anggota sistem sosial, yang hidup dalam sistem sosial yang diatur dengan berbagai macam pranata peraturan sosial. Dengan demikian maka proses inovasi dipengaruhi oleh berbagai macam pranata sosial. Dari hasil penelitian yang dilakukanoleh para ahli ternyata terdapat berbagai faktor yang merupakan hambatan proses difusi inovasi yang berkaitan dengan aplikasi bidang ilmu dalam sistem sosial seperti: ekonomi, sejarah, geografi, politik, antropologi, sosiologi, dan peikologi.[9]
            Di samping itu juga enam faktor utama yang menghambat difusi inovasi yang ditemukan bedasarkan penggolongan dari berbagai macam faktor yang menghambat pelaksanaan difusi inovasi.
Dengan mengetahui berbagai penghambat inovasi tentu kita akan dapat  memahami betapa sukarnya untuk melaksanakan difusi inovasi secara efektif. Berdasarkan pemahaman tentang hal-hal yang dapat menghambat difusi inovaasi, kita dapat berusaha menghindari atau mengatasi kemungkinan hambatan yang akan terjadi jika kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan difusi inovasi.
Dengan demikian perlu diketahui faktor-faktor yang menghambat difusi inovasi dalam kaitannya dengan pranata sistem sosial, kemudian dilanjutkan dengan enam faktor utama yang menghambat difusi inovasi.
Faktor-Faktor Hambatan Difusi Inovasi Berkaitan Dengan Pranata Sosial
            Berdasarkan tinjauan dari aplikasi bidang ilmu pengetahuan sosial,yang sudah sering disebut dalam pelaksanaan difusi inovasi di negara berkembang. Bagian-bagian ilmu sosial yang mencakup geografi, sejarah, politik, sosial budaya, psikologi dan ekonomi, kemudian ditambah satu lagi kategori yang disebut “prosedur” untuk menampung berbagai kejadian yang tidak jelas masuk dalam salah satu bidang ilmu tersebut.[10]
Enam Faktor Utama Hambatan Inovasi
            Dari berbagi macam hambatan nyang dikemukakan tersebut, merupakan kombinasi penafsiran pengertian dari orang yang menyusun item dan dari responden. Oleh karena dapat juga terjadi perbedaan arti dari responden yang berbeda. Ada kecenderungan responden tertentu akan memberikan respon yang hampir sama terhadap keseluruhan item. Kemudian setelah data dianalisis kembali berdasarkan penafsiran yang umunya diberikan responden disamping analisa sstatistik dan juga variasi jawaban responden, maka diperoleh 6 faktor utama hambatan difusi inovasi yaitu: Estimasi tidak tepat, konflik pribadi dan motivasi, proses inovasi tidak berkembang, masalah finansial, penolakan dari kelompok tertentu, dan kurangnya hubungan sosial.[11]





[1]  Ibrahim, Inovasi Pendidikan (Bab II), Departemen Pendidkan dan Kebudayaan DITJEN Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta 1988, Hal. 42
[2]  Ibid, Hal. 44
[3]  Ibid, Hal. 58
[4]  Ibid, Hal. 56
[5]  Ibrahim, Inovasi Pendidikan (Bab VIII), Departemen Pendidkan dan Kebudayaan DITJEN Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta 1988, Hal 161.

[6]  Ibid, Hal. 162
[7]  Ibid, Hal. 181
[8]  Ibid, Hal. Hal. 186
[9]  Ibrahim, Inovasi Pendidikan (Bab VI), Departemen Pendidkan dan Kebudayaan DITJEN Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta 1988, Hal 118.

[10]  Ibid, Hal. 119
[11]  Ibid, Hal. 122

1 komentar: