Sabtu, 26 September 2015

PEMBELAJARAN ICT




ANALISIS KRITIS/  TENTANG PENERAPAN 
INOVASI PEMBELAJARAN ICT

Sunardin, M.Pd.I/FAI UNIAT JAKARTA



PEMBELAJARAN ICT

Inovasi Pembelajaran
Ketika mendengar kata inovasi, yang muncul di benak kita barangkali sesuatu yang baru, unik dan menarik. Kebaruan, keunikan dan yang menarik itu pada akhirnya membawa kemanfaatan. Pendapat tersebut nampaknya tidak salah, dalam arti manusia sebagai makhluk sosial yang dinamis dan tak puas dengan apa yang sudah ada akan selalu mencoba, menggali dan menciptakan sesuatu yang ‘ baru ‘ atau ‘ lain ‘ dari biasanya, Begitu pula masalah inovasi yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Di mana proses pembelajaran melibatkan manusia (baca:siswa dan guru) yang memiliki karakteristik khas yaitu keinginan untuk mengembangkan diri, maju dan berprestasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi batasan, inovasi sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat (KBBI, 1990 : 330). (Hendro Darmawan dkk. 2010) memberikan pengertian inovasi adalah Pembaharuan (bidang masyarakatan sains/iptek)[1]. Sedangkan (Daryanto 1997) memberikan pengertian inovasi adalah penemuan suatu yang baru (dan berbeda dengan sesuatu yang ada sebelunya) pembaharuan[2]. Kata  inovasi berasal dari kata ”innovation” dalam bahasa Inggrisberarti segala hal yang baru atau pembaruan (S. Wojowasito, 1972).[3] Inovasi kadang dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Jadi, inovasi adalah suatu  ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia,  yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).[4] Dari pengertian ini nampak bahwa inovasi itu identik dengan sesuatu yang baru, baik berupa alat, gagasan maupun metode. Dengan berpijak pada pengertian tersebut, maka inovasi pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu upaya baru dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, sarana dan suasana yang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Hasbullah (2001) berpendapat bahwa ‘baru’ dalam inovasi itu merupakan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi.
Sudah cukup banyak penelitian yang menunjukkan, sebuah organisasi mampu bertahan bahkan menikmati profitabilitas yang tinggi lenggeng karena keinovasianya. keinovasian organisasi, tidak bisa lepas dari keinovasian individu di dalamya. karena itu menurut saya, untuk menjalankan inovasi di institusi pendidikan, para pendidikan juga harus inovatif, termasuk dalam hal metode mengajar. pendidikan juga harus inovatif, termasuk metode dalam hal mengajar. pendidikan harus mau langkah keluar dari zona kenyamana yang mereka miliki. seorang pendikan yang inovasi, tahu bahwa ia harus melewati jalur-jalur yang tidak bisa, inkovensional, berulang melakukan percobaan,  tapi sekaligus harus cukup sabar jika memang ia harus menanti hasil dari upayanya. Hanya orang yang punya passion, hasrat dan keinginan yang kuat yang bisa membuat upaya inovasi berhasil.[5]
Pada tahap sekarang ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan dalam dunia pendidikan walaupun tampaknya dunia pendidikan di Indonesia masih sangat memperihatinkan. Namun di balik itu dunia pendidikan di Indonesia mengalami sedikit peningkatan bila kita bandingkan dengan dunia pendidikan yang ada di Indonesia sebelumnya. Dengan metode-metode baru juga pemanfaatan fasilitas ICT sebagai pembelajaran berbagai sekolah, sistem pendidikan Indonesia pun berkembang.

Pembelajaran berbasis ICT
Pepatah mengatakan bahwa sesuatu yang abadi adalah perubahan, tiada sesuatu yang statis di dunia ini, demikan pula halnya dengan proses belajar mengajar dan kurikulum[6]. juga Perubahan tentang  selera masyarakat terhadap pendidikan juga mengalami perubahan, jika sebelumnya masyarakat hanya dituntut untuk menghasilkan lulusan yang lebih menguasai ilmu ilmu agama dibandingkan dengan ilmu umum, sekarang para orang tua siswa menginginkan madrasa mampu menghasilkan lulusan yang menguasai baik agama (iman dan taqwa) maupun ilmu umum (ilmu pengetahuan dan teknologi), bahkan para orang tua menginginkan anaknya menjadi dokter yang ulama atau ulama yang dokter.[7]
Pembelajaran berbasis ICT adalah pembelajaran yang berasaskan konsep pembelajaran computer dan multimedia. Pendidikan bebasis ICT (Information Communication Technology) saat ini sudah berkembang pesat di berbagai daerah. Kebutuhan akan berbagai media interaktf semakin dirasakan, mengingat kondisi perkembangan teknologi informasi (TI) semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya, siswa mulai pra-sekolah, SD, SMP, SMA dan SMK dituntut mengenal TI sejak dini.
Untuk mewujudkan sekolah dengan berbasis ICT tentunya diperlukan sarana prasarana yang menunjang. Tanpa sarana dan prasarana yang baik maka pembelajaran tidak akan sulit berjalan dengan sempurna. Sarana prasarana sekolah berbasis ICT adalah seperti Lab bahasa yang lengkap, komputer, LCD, dan koneksi internet. Untuk menunjang masuknya TI di sekolah, pemerintah secara bertahap membantu sekolah-sekolah dengan memberikan perangkat hardware komputer sebagai alat peraktek dan ditunjang dengan diberikannya BOM (Bantuan Operasional Manajemen) yang salah satunya harus dibelanjakan untuk membeli software komputer untuk menunjang pembelajaran TI dan penguasaan materi pelajaran umum dengan bantuan TI.
Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT sebagai alat untuk membantu siswa menguasai TI dan materi pelajaran umum lainnya dengan lebih cepat, menyenangkan dan meningkatkan hasil belajar, menjadi kebutuhan yang mendesak untuk tercapainya kualitas pembelajaran yang diharapkan.
Selain sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah saatnya guru sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media berbasis ICT, tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi redaksinya hanya itu-itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala.
Diakui atau tidak, sekarang ini tidak sedikit guru dalam pembelajaran di kelas masih monoton (ceramah). Termasuk di dalamnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru mengajarkan di depan kelas, sedangkan peserta didik senang atau tidak harus mau mendengarkannya. Akibatnya, peserta didik bosan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Indikasinya, peserta didik mengantuk, berbicara dengan teman, sering izin keluar, menulis atau menggambar dan aktivitas lainnya yang tidak ada hubungan dengan mata pelajaran tersebut.
Padahal, mata pelajaran PAI di sekolah menempati posisi yang sangat strategis dalam memberikan dasar keimanan dan ketakwaan peserta didik hingga di masa depan, kelak. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan, PAI menjadi salah satu mata pelajaran yang harus ada mulai dari jenjang dasar sampai Pendidikan Tinggi.
Melihat begitu pentingnya mata pelajaran PAI di sekolah, jangan sampai hanya formalitas telah dilaksanakan. Namun, juga harus mempunyai makna bagi peserta didik. Untuk itu, perlu ada inovasi pembelajaran. Salah satu bentuknya adalah pembelajaran PAI berbasis Information and Communication Technology (ICT) atau sering disebut: Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Pemanfaatan ICT

Sebenarnya banyak guru PAI sudah menguasai ICT, tetapi masih sekadar dimanfaatkan untuk mengetik. Padahal manfaat ICT dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan lebih dari itu. Bentuk pemanfaatan ICT dalam pembelajaran PAI adalah pertama: penggunaan program powerpoint dalam proses pembelajaran PAI di kelas. Melalui proram tersebut, guru tinggal menulis poin-poin penting materi yang akan disampaikan. Agar lebih menarik, guru bisa juga menggunakan program macromedia flash.
Tidak hanya tulisan yang dapat disampaikan ke peserta didik, tetapi juga dapat menampilkan suara atau video yang berkaitan dengan materi tersebut. Misalnya, dalam materi pembelajaran tentang Iman Kepada Hari Akhir. Melalui program ini, peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan materi tersebut, tetapi juga dapat ditampilkan ilustrasi tentang kiamat sughra dan kubra. Pengalaman penulis, melaui pembelajaran seperti itu, ternyata peserta didik lebih mudah memahami dan tertarik.
Kedua, menggunakan e-mail untuk mengumpulkan tugas dari peserta didik. Sekarang ini yang biasa dilakukan guru kepada peserta didik dalam mengumpulkan tugas melalui buku atau kertas. Bisa dibayangkan bagaimana kalau guru mengajar di 18 kelas. Masing-masing kelas berjumlah 40 siswa. Berarti ada 720 buku tugas atau makalah yang menumpuk di bawah atau atas meja guru.
Pengumpulan tugas melalui e-mail justru sekaligus mendidik peserta didik untuk mengurangi global warming. Kita tahu bahwa bahan baku kertas berasal dari kayu. Artinya semakin banyak peserta didik menggunakan kertas, maka bertambah banyak penebangan kayu untuk bahan baku kertas. Tidak salah kalau sekarang hutan di Indonesia semakin berkurang. Karenanya, peserta didik perlu dilatih untuk mencegah global warming sekaligus menyelamatkan dunia dengan cara meminimalisasi penggunaan kertas.
Ketiga, menggunakan mailing list untuk diskusi kelas yang diajarkan. Melalui mailing list guru dapat membuat grup atau kelompok sendiri, bisa berupa satu kelas atau satu sekolah untuk berkomunikasi. Di sini guru PAI menginformasikan materi pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan ke depan via mailing list. Sedangkan seluruh anggota grup akan mengetahuinya dalam waktu bersamaan. Saat itu juga peserta didik dapat men-download materi tersebut dari rumah atau di mana pun tempatnya asalkan ada jaringan internet.
Selain itu, melalui mailing list guru dapat membuka ruang diskusi dengan peserta didik. Selama ini kesempatan bertanya peserta didik masih terbatas di ruang kelas. Melalui program tersebut, guru dapat membantu masalah yang dihadapi peserta didik kapan pun dan di mana pun mereka berada.
Keempat, menggunakan web blog untuk pembelajaran di dalam atau di luar kelas. Ketika disebut web blog, banyak guru bertanya-tanya: mahalkah biayanya? Memang, untuk website yang komersial, pengguna (user) harus membayar sesuai tarif. Tetapi untuk web blog, pengguna tidak harus membayar alias gratis. Dibanding fasilitas ICT, web blog lebih sempurna. Di antara kelebihannya, guru dapat menampilkan semua karya atau hasil pemikiran yang dimiliki.
Web blog dapat digambarkan seperti surat kabar pribadi guru. Surat kabar tersebut mau diisi apa tergantung pada guru. Hubungannya dengan pembelajaran, guru dapat mengunggah (upload) semua materi pembelajaran PAI ke website. Melalui media ini peserta didik dapat belajar tanpa dibatasi ruang kelas. Tidak hanya materi pembelajaran, tetapi juga latihan soal, hasil ujian/ulangan atau materi lain yang berhubungan dengan materi PAI.
Khusus hasil ujian, selama ini peserta didik atau orang tua hanya mengetahui hasil ujian miliknya sendiri, sedangkan hasil ujian temannya belum tentu tahu. Melalui web blog, peserta didik dapat melihat hasil ujian secara keseluruhan. Sehingga, apabila ada kekeliruan, peserta didik atau orang tua dapat konfirmasi pada guru tentang mata pelajaran tersebut.
Dari keempat penggunaan ICT dalam pembelajaran, apabila dilakukan oleh guru PAI, maka akan berdampak positif pada ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran PAI di sekolah. Sehingga peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran PAI tidak terpaksa, melainkan kesadaran diri sendiri. Pengalaman penulis dalam memanfaatkan ICT dalam pembelajaran PAI, peserta didik selalu menunggu hal yang baru. Suatu saat, penulis sengaja tidak menggunaan ICT, peserta didik banyak yang bertanya dan lebih senang menggunakan ICT.
Selain itu, apabila dalam pembelajaran PAI di kelas, guru menggunakan ICT, hal ini akan menyebarkan "virus positif" pada guru mata pelajaran lain sehingga mereka melakukan hal yang sama. Guru PAI saja --yang sering kali dianggap ketinggalan dibanding guru mata pelajaran lain-- dalam pembelajaran di kelas menggunakan ICT. Mengapa mata pelajaran yang lain tidak memanfaatkannya juga? Last but not least. (Tidak ada kata terlambat) untuk melakukan perubahan dalam pembelajaran.

DaftarPustaka

Hendro dkk. 2010. Kamus Ilmiah Populer lengkap. Yogyakarta.Bintang cemerlang.
Daryanto, S.S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya.
Sa’ud, Syaefudin Udin, 2010, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,
M. Taufik Amir. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta.
Sutiah, Dkk. 2009. Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Pernada Media Group,
http://abuenadlir.blogspot.com/2012/03/pendidikan-agama-berbasis-ict.html.


[1]. Hendro dkk. Kamus Ilmiah Populer lengkap. Yogyakarta.Bintang cemerlang.2010.hal 234.
[2]. Daryanto, S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya. 1997.hal 284.
[3]. Sa’ud, Syaefudin Udin, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, halaman 2
[4]. Sa’ud, Syaefudin Udin, Inovasi …, halaman 5
[5] . M. Taufik Amir. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pembelajar di Era Pengetahuan. Jakarta. 2009. Hal Ix.

[6] . Sutiah, Dkk. Manajemen Pendidikan  Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Pernada Media Group, 2009. Hal.65

[7] . Sutiah, Dkk. Manajemen Pendidikan  ........................hal.68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar